Kisah Pelarian Hengki Pembunuh Driver Gocar dari Hubungi Kades Hingga Tewas Ditembak Polisi

Ia ditembak tewas di Jawa Tengah dalam pesembunyiannya yang kesekian, setelah diburu Subdit Jatanras di bawah pimpinan AKBP Erlin.

Tribun Sumsel/ Yohanes Tri Nugroho
Kasidi, ayah Hengki 

Pagi kemarin Fredi dijumpai saat sedang santai di rumahnya. Pria yang belum dua tahun jadi kepala desa ini menjelaskan bagaimana kehidupan di Kecamatan Lalan, terutama di Desa Mulya Jaya.

"Kami sebenarnya di sini kaget. Sejarah Lalan sejak zaman trans (transmigrasi), baru kali ini terjadi. Di luar batas nalar warga," ungkapnya.

Ia mengakui, memang pernah kriminalitas terjadi, misalnya pencurian motor. Tapi hanya sekali atau dua kali. Sedangkan kasus pembunuhan baru kali ini.

Warga desa ini lebih kaget lagi ketika mendengar keterlibatan Tyas Dryantama (sudah menyerahkan diri) dan Hengki Sulaiman. Padahal Tyas selama ini dikenal anak yang pintar dan rajin membantu orangtuanya.

Begitu juga Hengki Sulaiman, sosok ini adalah pemuda pekerja keras, tidak malu jadi tukang ojek, atau ambil upahan panen jagung.

Dua pemuda lain yang terlibat adalah Poniman (meninggal ditembak polisi), warga Desa Karang Sari dan Bayu Irmansyah (ditahan) warga Desa Mekar Jaya.

Usai percakapan melalui messenger beberapa hari lalu, Fredi masih tak percaya sepenuhnya dengan ucapan Hengki.

Apalagi dia pernah dengar ada temanya di desa sempat menelepon Hengki. Lalu ia menjawab tidak tahu sedang berada di mana selama masa persembunyian.

"Saya tidak punya nomor telepon dia. Harusnya dia menyerahkan diri. Dia sidang, lalu jalani tahanan. Kalau sekarang lari, tidak bebas, tidur tidak nyenyak," ujar Fredi.

Apabila melihat Hengki di desa, Fredi janji akan memegangnya dan diantar ke Polda Sumsel.

Sejumlah orang malah mulai memberikan penilaian negatif pada kecamatan yang subur ini. Gara-gara perampokan itu ada yang menyebut Lalan adalah wilayah miskin, Lalan berada di pelosok.

Hujatan yang tersebar di berbagai media sosial ini terpantau langsung oleh Fredi. Ia jengah, merasa kecewa dengan tuduhan buruk pada tempat tinggalnya.

Fredi paham, hujatan di media sosial itu terpengaruh oleh emosi sesaat. Hanya saja, kekecewaan itu tidak bisa dibendung lantaran penyebutan itu malah tertuju ke semua warga Lalan. Padahal yang terlibat hanya empat orang.

"Kami juga ada yang bawa nama harum negara. Kalau mau lihat komentar itu sakit rasanya. Saya banyak screen shoot di instagram dan facebook. Sudah empat hari ini tidak lagi buka media sosial," tambahnya.

Fredi sampai sekarang belum tahu apa motif perampokan dan pembunuhan itu. Pasalnya, semua masih tidak menyangka melibatkan Hengki dan Tyas.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved