Neneng Simpan Jasad Suami dan Anak Karena Percaya Bisa Hidup Lagi, Ternyata Malah Jadi Gini
"Ibu itu bilang 'ini lagi cari hidayah nanti hidup lagi'," kata Zaki menirukan ucapan Neneng.
TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Neneng penghuni sebuah rumah di Gang Nusa Indah 6, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat yang menyimpan jenazah suami dan anaknya mengaku tidak menguburkan keduanya karena yakin bisa hidup lagi.
Dua mayat tersebut atas nama Hanung Sobana dan Hera Sriherawati.
Hanung, sang suami, diduga telah meninggal sejak awal tahun 2017.
Adapun Hera diduga telah meninggal pada tahun 2016.
Petugas Puskesmas yang menemukan kedua mayat tersebut, Ahmad Zaki, sempat berbincang dengan Neneng, pemilik rumah yang merupakan istri Hanung.
Saat itu, lanjut dia, Neneng mengatakan alasannya menyimpan mayat suami dan anaknya lantaran percaya mereka akan hidup lagi.
"Ibu itu bilang 'ini lagi cari hidayah nanti hidup lagi'," kata Zaki menirukan ucapan Neneng.
Zaki memang menjadi orang yang pertama menemukan dua mayat di dalam rumah Neneng.
Ketika itu Zaki memang sengaja datang untuk melakukan pendataan kesehatan.
Pertama kali Zaki datang saat pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, berdasarkan catatan ada enam orang yang menetap di sana.
Namun saat datang, Zaki dan beberapa teman kerjanya hanya ditemui istri Hanung, Neneng Hatidjah (76) dan salah satu anaknya Denny Rohmat (42).
Kepada petugas, Neneng mengaku suaminya sedang tidur.
Zaki kemudian melongok lewat jendela ia melihat Hanung yang disebut tengah tertidur ditutupi sarung biru seluruh badannya.
Ia tidak melihat sosok yang tertidur itu bernapas. Zaki mengaku mulai curiga, terlebih kondisi rumah yang bau.
Akhirnya ia kembali lagi pada siang hari usai jam makan siang.
Namun lagi‑lagi Neneng menyebut suaminya masih tidur sementara anaknya yang lain sedang tidak ada di rumah.
"Pas kita datang Senin siang mulai curiga. Karena pertama datang itu kondisi di dalam rumah sudah bau, terus posisi si bapak tidak berubah dari pertama kita datang," katanya.
Akhirnya Selasa pagi, petugas puskesmas dan petugas polisi mendatangi rumah itu.
Pada awalnya Neneng menolak untuk diperiksa, namun setelah dibujuk akhirnya petugas bisa masuk ke dalam kamar tempat suaminya 'tidur'.
Petugas akhirnya menemukan kedua kerangka dalam kamar itu.
Satu kerangka yang diduga kuat merupakan Hanung berada di atas sehelai kasur di atas dipan.
Kerangka lainnya yaitu Hera, anak Hanung, di atas kasur tanpa alas di bawahnya.
Ketua RW 17, Rino Margayu menambahkan, diketahui nama kedua kerangka manusia itu Hanung Sobana (85) dan Hera Sri Herawati (50) yang tercatat sebagai warganya.
"Sejak 20 tahun mereka sudah tinggal di sini, tapi sudah lama saya tidak melihat orang yang sudah meninggal itu," ujar Rino.
Ia mengatakan terakhir melihat Hanung Sobana (85) sebelum lebaran tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah bertemu dengan warganya tersebut.
Banyak Pewangi Ruangan
Aparat kepolisian yang melakukan pemeriksaan di lokasi penemuan dua kerangka manusia, menemukan sejumlah botol pewangi yang sudah kosong dan sejumlah keris serta bunga.
Kapolsek Cimahi Selatan, AKP Sutarman mengatakan hingga saat ini masih melakukan pengembangan kasus penemuan dua kerangka tersebut.
"Masih terus kita dalami karena ketika dilakukan pemerikasaan dirumahnya, kami menemukan botol pewangi yang sudah kosong dan sejumlah keris serta bunga," ujarnya.
Selain itu kata dia, Neneng menyimpan mayat suami dan anaknya itu karena merasa mendengar bisikan ghaib kalau keduanya akan bangkit lagi.
Sehingga kata dia, Neneng percaya dan enggan untuk menguburkan mayat suami serta anaknya yang telah meninggal sejak satu tahun yang lalu itu.
"Kita sudah mengamankan Ibu Neneng, sedangkan anak keduanya langsung dibawa ke rumah sakit jiwa untuk dilakukan pemeriksaan," katanya.
Aliran Kepercayaan
Kasatreskrim Polres Cimahi AKP Niko N Adiputra menduga Neneng dan keluarganya menganut aliran kepercayaan tertentu.
Hal ini berdasarkan dari keterangan tetangga usai polisi melakukan interogasi.
"Ini dari keterangan tetangga ya, jadi diduga kuat dia (anggota keluarga) punya aliran kepercayaan lain," kata Niko.
Dia menjelaskan dugaan mengikuti aliran kepercayaan berbeda ini diperkuat dengan pengakuan dari istri Hanung dan anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Menurut Niko, mereka mengakui sengaja menyimpan mayat Hanung dan Hera.
"Prinsip dia (istri Hanung) begini, kalau orang meninggal jiwanya terpisah, tapi raganya ada. Maka dari itu saat meninggal ditaruh di atas tempat tidur. Saat ditanya agamanya, dia bilang agamanya terserah Anda menyebut apa. Tapi dia bilang itu yang diyakininya," tutur Niko.
Setahun Cium Bau Bangkai
Warga Gang Nusa Indah 6 RT 07/17, Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi kerap mencium seperti bau bangkai tikus, di sekitar rumah penemuan dua kerangka mayat.
Seorang warga RT 07, Katrin (47) mengatakan, dirinya kerap mencium bau seperti bangkai tikus itu selama satu tahun ketika melewati rumah tersebut.
"Ketika melewati rumah itu, sering mencium bau tidak sedap, seperti bau tikus," ujar Katrin.
Namun, kata dia warga tidak pernah menanyakan terkait kecurigaan tersebut, karena pemilik rumah yakni Neneng Hatijah (74) tidak pernah terbuka.
Warga yang lainnya Juarsa Raharja (78) menambahkan, ayah dan anaknya itu diduga meninggal karena mengalami sakit.
"Namun istrinya tidak memberitahu pada warga dan disimpan di rumahnya. Karena istrinya mengalami gangguan jiwa," katanya.
Ia mengatakan, kedua warga yang telah meninggal itu menjadi kecurigaan warga karena selama berbulan bulan Hanung Sobana tidak pernah keluar rumah.
Namun kata dia, ketika ditanyakan ke pemilik rumah yakni Neneng Hatijah tidak pernah menjawab apa yang selalu dipertanyakan warga.
Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan kasus terungkapnya dua kerangka tulang tubuh manusia di Cimahi perlu diautopsi untuk memastikan ada atau tidaknya tindak pidana.
"Aturannya memang harus autopsi, tapi kami masih fokus penyelidikan di lokasi kejadian saja dengan memeriksa keluarga, ada tiga orang dua perempuan dan satu laki‑laki," ujar Agung.
Hanya saja, autopsi atau tidak terhadap dua kerangka itu tergantung dari kesediaan keluarga dari dua kerangka tubuh manusia yang disemayamkan di dalam rumah tersebut.
"Keluarga belum bisa banyak bicara, karena kedua kerangka ini orang tua mereka. Soal penanganannya juga fokus ke TKP dulu saja," ujar Agung.(Tribun Network/man/meg/wly)