Tak Banyak yang Tahu, Fakta Ini Ungkap Perlakuan Pemerintah Kepada Soekarno & Soeharto,Ternyata

Sepuluh tahun lalu, rakyat Indonesia berduka atas meninggalnya Presiden Ke-2 RI, Soeharto. Soeharto meninggal dunia 27 Januari 2008

Kolase Tribunsumsel.com

TRIBUNSUMSEL.COM -- Sepuluh tahun lalu, rakyat Indonesia berduka atas meninggalnya Presiden Ke-2 RI, Soeharto. Soeharto meninggal dunia 27 Januari 2008. 

Presiden paling lama berkuasa di republik ini, meninggal pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan.

Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla menyatakan selama tujuh hari, mulai 27 Januari hingga 3 Februari 2008, menjadi hari berkabung nasional.

Makam Pak Harto (TRIBUNNEWS.COM)
Makam Pak Harto (TRIBUNNEWS.COM) ()

Ini berlaku mulai dari kantor pemerintah, swasta, sekretariat organisasi kemasyarakatan, dan rumah-rumah warga. Ini dikabarkan hanya dua jam setelah kabar wafatnya Soeharto dilansir Mbak Tutut, putri tertua Soeharto di RSPP, pukul 13.30 WIB.

TRIBUNNEWS.COM
TRIBUNNEWS.COM ()

Hanya tiga jam setelah wafat, sebagai presiden Ke-5 RI, di Istana Negara, SBY menggelar jumpa pers khusus didampingi Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Sejam kemudian keduanya melayat ke Cendana.

Di banding Amerika, negara demokrasi mapan di dunia, Indonesia terbilang belum punya banyak pengalaman dalam memperlakukan mantan presidennya yang wafat.

Sejak republik ini berdiri 17 Agustus 1945, Soeharto adalah presiden kedua RI yang meninggal.

Indonesia masih memiliki tiga mantan presiden. BJ Habibie, Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.

Semuanya masih hidup, dan sejah ini sesusi undang-undang, pemerintah memberikan perlakuan khusus kepada mantan presidennya.

Selain gaji pensiunan dan tunjangan, negara juga memberikan pengawalan khusus, biaya perwatan, dan beberapa kelebihan diplomatik.

 Presiden RI saat itu SBY mungkin ingin mengukir sejarah dan memberi penghargaan kepada para mantan pejabat dan pemimpinnya.

Dan itu dimulai untuk Soeharto. Dia tak ingin, cerita kelam perlakuan negara kepada Soekarno, di akhir-akhir hayatnya, di awal masa kepemimpinan Soeharto, berulang kepada pemimpin lainnya.

Soeharto
Soeharto ()

Detik-detik Akhir Hidup Soekarno

Soekarno, presiden pertama RI wafat, 21 Juni 1970, di RS Pusat Angkatan Darat. Soekarno meninggal mengembuskan napas terakhir pada usia 69 tahun.

Saat meninggal, dalam catatan Rahmawati Soekarnoputri, hanya satu dokter yang intens menjaganya, dr Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan, yang setia menemaninya.

Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta.
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta. (Foto karya Frans Mendur)

Bandingkan dengan Soeharto yang mendapat perwatan khusus dari 25 dokter spesialis dari sejumlah detal displin organ tubuh. Hampir setiap hari, sejak dirawat di RSPP, 4 Januari 2008. setiap pukul 10.30 WIB, digelar jumpa pers khusus, soal updating kesehatan Soeharto selama seharian.

Dua kali, Presiden SBY datang khusus menjenguk Soeharto dari 16 kali Pak Harto dirawat di RSPP. Bahkan Wapres Jusuf Kalla, bersama istri dalam tempo dua pekan, dua kali datang menjenguk.

SBY mempercepat lawatan resminya di Kualalumpur, 13 Januari 2018, dan pulang lebih awal saat Soeharto dikabarkan sakit parah ke Indonesia.
Minggu (27/1) kemarin, dia membatalkan kunjungan resminya ke Denpasar Bali, guna menghadiri konferensi internasional antikorupsi, dan berjanji menjadi inspektur upacara pemakaman Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, siang harinya.

Ini berbeda perlakuan Soeharto ke Soekarno, pendahulunya.

Soeharto datang ke RSPAD hanya untuk melihat kondisi jenazah Soekarno. Orang kuat Orde Baru itu kembali datang ke Wisma Yaso, kediaman Soekarno saat jenazah Bung Krno hendak diterbangkan ke Blitar melalui Malang, Jawa Timur.

Di Blitar, upacara pemakaman Soekarno dilaksanakan dengan sederhana dan singkat dipimpin Jenderal M. Panggabean, panglima TNI Saat itu “Rasa-rasanya, hari itu begitu mencekam. Kami hanya menurut saja saat pemerintah memakamkan Bung Karno di Blitar. Bukan sesuai permintaannya di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat,” kata Rachmawati, kepada sebuah media nasional.

Memang ada bendera setengah tiang di seluruh tanah air. Tapi karena waktu itu Soeharto masih mengkonsolidasikan TNI dan pemerintah untuk membabat habis “cleansing” antek-antek PKI. Indonesia memang mencekam saat itu.

Makam Bung Karno
Makam Bung Karno ()

Indonesia memang berkabung saat Bung Karno wafat. Tapi, tak semua orang bebas datang ke kubur Bung Karno.

Negara juga memberikan biaya perawatan penuh kepada Soeharto. Selama 16 kali perawatan di RSSP, ongkosnya semua ditanggung pemerintah. Ini pernah ditegaskan Mensesneg Hatta Radjasa di hari ke-12 dari 23 hari Soeharto dirawat.

Sekadar pengetahuan saja, tahun 2003, tarif VIP RSPP Rp 350 ribu semalam. Untuk VVIP di Ruang Cenderwasih, biaya perwatannya bisa mencapai Rp 500 ribu semalam. Tahun 2003, Keluarga Cendana, seperti dilansir The Djakarta Post, mengklaim biaya perobatan Soeharto per bulan sebesar Rp 100 juta.

Kalau Soeharto mendapat perawatan supermaksimal dengan pentauan menit permenit, maka Bung Karno mendapat perawatan minimal pada hari-hari terakhir menjalani opname di rumah sakit milik TNI-AD itu.

Kondisi ginjal salah satu proklamator RI waktu itu sudah sangat parah, kankernya sudah stadium empat.

“Tapi, tak ada perawatan maksimal. Alat hemodialisis (cuci darah) untuk pengidap gagal ginjal pun tak diberi,” kenang wanita bernama lengkap Diah Pramana Rachmawati Soekarno yang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden SBY saat itu.

Asupan makan untuk Soekarno juga disebut pemimpin besar revolusi itu digambarkan Rachmawati dengan seadanya. “Bapak didiagnosis mengidap darah tinggi, tapi menu makananannya terasa asin,” kata Rachmawati dan menegaskan dia tak dendam.

Soeharto memang tokoh. Dalam catatan Tribun-timur.com, dia mungkin termasuk tokoh dengan bintang pernghargaan terbanyak di Indonesia. Ada 56 penghargaan dalam dan luar negeri untuknya. Ini termasuk gelar Bapak Pembangunan dan Jenderal Besar.

Dari penghargaan itu, 29 adalah dari luar negeri, dan sisanya dari dalam negeri yang sebagian besar dia terima saat menjabat presiden (1980-1995).

Dia mendapat penghargaan Order of the Hero of Bahder dari Raja Arab Saudi. Dari Ratu Inggris dia juga mendapat Knight Cross of the Order of the Bath (G.O.B) Inggris, dan

Grand Cordon of the Supreme Order of the Chrysanthemum dari Jepang. BIntang yang hanya diberikan terbatas kepada pemimpin negara di dunia ini

Dari Pahlevi Iran, dia mendapat Satya Lencana dan lencana Grand Croix de la Legion d’Honneur dari pemerintah Perancis.

Saat Soeharto sakit parah di Jakarta, 15 Januari 2008, SBY mendapat penghargaan Darjah Utama Seri Mahkota Negara (DMN) dari Sri Soltan Raja Malaysia, Soeharto juga sudah mendapatklan itu dua puluh tahun lalu.

Dialah satunya-satunya mungkin warga negara ini yang memperoleh tujuh bintang Satya Lencana.

Untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di negeri ini, seorang hanya butuh dua bintang penghrgaan dari negara. Tapi Soeharto memiliki 12 bintang.

Mulai dari bintang Bhayangkara Kelas I, Bintang Swa Buana Paksi Kelas I, Bintang Garuda, Bintang Jalasena Kelas I, Bintang Sewindu APRI, Bintang Kartika Eka Paksi Kelas I, Bintang Gerilya, Bintang Dharma, Bintang Sakti, Bintang Jasa Kelas I, Bintang Mahaputra Kelas I, dan Bintang RI Kelas I.

Penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jendral Besar Bintang Lima ( 1997 ) berdasarkan Keppres NO 44, 45, dan 46/ABTI/1997/tanggal 30 September 1997.
Di Indonesia hanya jenderal Soedirman dan Jenderal Nasution yang mendapat penghargaan ini.

Namun menurut Mbak Tutut, dari sekian bintang itu, dia amat membanggakan Penghargaan Kependudukan PBB (United Nations Population Award – UNPA) ( 1989) karena keberhasiannya mengendalikan penduduk Indonesia dengan program KB, dan Medali Emas dari FAO karena proyek ketahahan pangan dan ikut menjamin pangan dunia tahun 1986. (thamzil thahir)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved