Mahasiswa Widya Dharma Tak Ada Ijazah
Wisuda Tak Dapat Ijazah, Mahasiswa Widya Dharma Ditawarkan Ijazah Jurusan Lain Atau Kuliah Lagi
Perasaan itu dialami puluhan mahasiswa program studi farmasi dan rekam medis Perguruan Tinggi Widya Dharma dan Harapan Palembang
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Lemas, serasa tak percaya.
Perasaan itu dialami puluhan mahasiswa program studi farmasi dan rekam medis Perguruan Tinggi Widya Dharma dan Harapan Palembang usai diwisuda awal Januari tadi.
Map yang diberikan hanya berisikan secarik kertas bertuliskan "Selamat Wisuda semoga sukses di tiap langkah berikutnya".
Tidak ada ijazah.
Masalah berikutnya yang akan ditemui, belum bisa dikeluarkannya Surat Tanda Registrasi (STR).
Saat mahasiswa perguruan tinggi lain sibuk mencari pekerjaan, seorang alumnus jurusan rekam medis masih berdiam di rumahnya.
Tribun Sumsel menjumpai pria itu duduk di teras rumah, masih bercelana pendek dan baju kaos.
Baca: Terciduk Selingkuh dan Mesum di Hotel, Video Artis Terkenal Tiongkok Ini Bikin Warganet Geger !
Ia sekarang sedang bingung.
Ijazah belum keluar, apalagi STR, sebagai bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan sebagai bukti telah memiliki sertifikat kompetensi.
Tanpa dua surat itu maka dia tidak bisa melamar pekerjaan di suatu perusahaan swasta atau instansi pemerintah.
Sudah empat kali pertemuan dilaksanakan dengan yayasan yang mengelola perguruan tinggi itu. Dua kali dengan wali mahasiswa dan dua kali dengan mahasiswa. Tetapi belum ada kesepakatan yang melegakan bagi mahasiswa dan alumnusnya.
Hari itu, rencanannya beberapa mahasiswa akan mendatangi kampus mereka di Jalan Soekarno Hatta, Palembang.
Baca: Kabar Bahagia Datang dari Pemain SFC Rahmad Hidayat, Segera Nikahi Gadis Pujaan Hatinya
Tujuannya untuk menuntut dikeluarkannya ijazah dan pengurusan STR.
Pandangan dan jarinya tidak lepas dari layar smartphone.
Dari grup dan pesan pribadi whatsapp, ia memantau pergerakan teman-temannya. Tersisa 24 mahasiswa rekam medis seangkatannya yang masuk tahun 2014.
Rencana dibuat dadakan itu batal terlaksana. Banyak diantara temannya tidak bisa ikut serta. Meski demikian, ada satu temannya yang lain datang untuk ngobrol bersama Tribun Sumsel.
Keduanya baru saja wisuda pada 6 Januari 2018. Meski mau bercerita, keduanya tidak ingin nama mereka dicantumkan di koran. Takut malah urusan dipersulit oleh pengurus yayasan.
Keruwetan akademik ini bermula saat ada keputusan bersama dua menteri tentang alih kelola perguruan tinggi dari Kementerian Kesehatan ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Baca: Dulu Akrab Hingga Sempat Tidur Bareng,Inikah Alasan Melodya Vanesha Laporkan Sheila Marcia,Ternyata
Pengurus Perguruan Tinggi Widya Dharma dan Harapan belum selesai mengurus proses alih bina ini sehingga ijazah dan STR mahasiswa sulit keluar.
Tribun Sumsel coba mengecek ke website forlap.ristekdikti.go.id, sebagai pangkalan data pendidikan tinggi di Indonesia.
Ketika memasukkan kata kunci widya dharma dan harapan tidak ditemukan nama ini di kanal pencarian data perguruan tinggi.
Begitu juga saat diketik kata Harapan, tidak menampilkan hasil pencarian.
Pemuda 22 tahun yang dijumpai Tribun awal pekan tadi mendengar desas-desus, bahwa perguruan tinggi tempatnya kuliah tidak perpanjang izin sehingga tidak terdaftar di Dikti.
Sudah dikasih batas waktu sampai Agustus 2017, tetapi belum juga selesai.
Baca: Ingat Film Anak Teletubbies, Pemeran Tinky Winky Meninggal Dunia, Ini Wajah Aslinya
“Lulusan kami terlantar lima bulan. Kami mestinya wisuda Agustus 2017, ternyata baru wisuda Januari ini. Wisuda diundur karena masalah belum selesai, jadi tidak bisa diwisuda,” ungkapnya.
Kami sudah rugi waktu, materi, dan umur. Untuk masuk kuliah saja, tiap mahasiswa harus membayar uang Rp 10 juta. Belum lagi biaya per semester Rp 3,5 juta dan praktik mandiri tiga kali sebesar Rp 900 ribu, serta ikut wisuda bayar Rp 8,5 juta.
“Kami ngarep wisuda kemarin digerbek, seperti wisuda abal-abal di jawa,” cetus temannya.
Saat ini sekitar 64 alumnus jurusan rekam medis dan farmasi yang baru diwisuda kemarin belum mendapatkan ijazah dan STR. Semuanya adalah mahasiswa diploma tiga angkatan 2014.
Kemudian mahasiswa angkatan 2015 yang tahun ini menyelesaikan kuliah bakal mengalami nasib yang sama. Sedangkan mahasiswa angkatan 2016 dan 2017 dari dua jurusan dikabarkan sudah pindah ke perguruan tinggi lain.
Baca: Videonya Viral dan Dirinya jadi Tenar, Mpok yang Pengen ke Mall Sekarang Dibilang Mirip Artis Ini !
Masalah tidak sampai di sini, alumnus yang tamat pada 2010 lalu juga mulai ketar-ketir. Sebab ada kakak tingkat mereka yang baru diterima kerja di rumah sakit swasta mulai didesak untuk mengumpulkan legalisir terbaru.
“Kami bingung, banyak sekali rumor berkembang. Informasi dari staf kampus berbeda-beda. Ada yang menawarkan pindah sekolah D4 di Bandung. Ada yang katanya pindah ke perguruan tinggi di Palembang ini,” ungkap pria yang bertubuh gempal.
Informasi terbaru yang diterima mahasiswa, Yayasan Widya Dharma dan Harapan menawarkan mahasiswa bisa mendapatkan STR dan ijazah dengan cara pindah ke jurusan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Apabila ingin tetap memiliki jurusan farmasi misalnya, disarankan pindah ke perguruan tinggi swasta di Bandung. Caranya kuliah lagi setahun untuk mendapatkan ijazah diploma empat (D4).
Tawaran ini terkuat saat beberapa wali dan mahasiswa bertemu dengan Kepala Yayasan Widya Dharma dan Harapan Palembang, Sofyan Sitepu.
Baca: Makin Dewasa,Begini Perubahan Penampilan Abidzar Al-Ghifari Putra dari Alm.Uje Sekarang !
Mahasiswa menganggap solusi yang ditawarkan ini merugikan mereka. Misalnya pindah dengan memiliki ijazah SKM. Artinya mereka tidak memiliki skill tentang keilmuan dari ijazah yang diperoleh.
Pilihan ini dianggap menjerumuskan diri sendiri. Kekhawatiran itu muncul saat hendak melamar kerja. Mereka yakin tidak bisa menunjukkan kemampuan saat diuji praktik, wawancara, atau menjawab soal ujian.
Pilihan kedua untuk melanjut kuliah D4 di Bandung makin memberatkan karena ada biaya tambahan. Dari sebuah foto rincian biaya yang beredar di mahasiswa, butuh uang sekitar Rp 10 juta.
Mulai dari pendaftaran Rp 375 ribu, biaya kuliah (pilihannya bayar satu tahun Rp 7,2 juta, bayar 1 semester 3,6 juta, atau bayar per bulan Rp 600 ribu), ditambah lagi biaya konversi Rp 25 ribu per satuan kredit semester (SKS)..
Informasi pindah kuliah ini juga beredar melalui rekaman pembicaraan antara wali dan mahasiswa bersama ketua yayasan.
Misalnya rekaman berdurasi 14:14 antara wali mahasiswa dan Ketua Yayasan Sofyan Sitepu.
Baca: Kesal Disebut Netizen Artis Sombong, Chika Jessica Balas Nyinyiran Lewat Tulisan Pedas Ini,Ternyata
“Tolong bantu anak-anak. Bapak mestinya malu dengan kami di sini. Saya tidak ada tunggakan di sini. Tetapi anak tidak kuliah. Di rumah,” kata seorang pria, dalam percakapan itu mengaku satu cucunya kuliah di sana.
Sofyan Sitepu dalam percakapan itu lebih banyak diam. Ia mendengarkan curahan hati dan emosi meledak-ledak dari beberapa wali mahasiswa yang diundangnya menghadiri pertemuan.
“Ini dari tahun ke tahun bermasalah sekolah ini. Saya emosi,” tambah pria itu.
Dari rekaman itu, terdengar juga suara seorang wanita yang berusaha tegar menghadapi masalah ini.
“Saya tanya, tidak kuliah apa nak?” kenapa tidak pakai seragam? rupanya di bulan ini dapat kabar ini,” kata wanita itu dengan suara sedikit serak.
Sofyan Sitepu berusaha menenangkan wali mahasiswa. Ia berjanji masalah ini akan diselesaikan. Ia sedang berusaha membujuk kopertis mau merekomendasikan perguruan tinggi yang dikelolanya masuk ke data Dikti. Kembali bisa di akses melalui website forlap dikti.
Baca: Terlunta-lunta di Jakarta 10 Tahun, Pria Ini Akhirnya Pulang Ke Lubuklinggau Kisahnya Bikin Sedih
Rekaman percakapan lain juga beredar. Durasinya lebih panjang, mencapai 30:04 menit. Dalam rekaman ini, Sofyan Sitepu terlibat tanya jawab yang intensif dengan sejumlah mahasiswi.
“STR belum dapat, kuliah tiga tahun, umur lah habis,” ujar seorang mahasiswa diawal rekaman.
Ditawari STR dan ijazah SKM, dua mahasiswa di dalam rekaman itu merasa keberatan. Alasannya mereka tidak mempunyai skill di bidang tersebut.
“Kalau tidak bisa bagaimana? Iya, itu hak kamu,” kata Sitepu, menegaskan.
Sofyan Sitepu kembali memertanyakan, apalah alasan keberatan menerima STR SKM. Padahal dikasih pilihan lanjut kuliah D4 di Bandung tidak sanggup biaya.
“Ini lah solusinya, kalau bertegang leher tidak ada solusinya,” tambah Sitepu.
Baca: Siap Telanjang Demi Tepis Isu Transgender,Deretan Foto Seksi Lucinta Luna Bikin Pria Mikir Keras!
Dua mahasiswi tadi menimpali, alasan menolak kuliah di Bandung karena adanya tambahan biaya dan membutuhkan waktu satu tahun lagi untuk tamat. Sedangkan saat ini usia mereka rata-rata hampir masuk 22 tahun.
Mendengar itu, Sofyan Sitepu kembali menarwarkan pindah ke jurusan SKM yang masih terdaftar dalam satu yayasan tersebut. Mahasiswa diberikan kebebasan tida membayar uang kuliah, tinggal diterbitkan ijazah SKM.
“Tidak usah lagi kuliah, terbitkan ijazah SKM. Tidak biaya apapun. Tidak dirugikan siapapun. Namanya pindah sekolah supaya dapat PDPT, supaya bisa dapat STR,” ungkapnya.
Sofyan Sitepu malah minta mahasiswa dihadapannya untuk bantu menyebarkan informasi ini ke mahasiswa lain.
Berita ini telah terbit di Edisi cetak Tribun Sumsel, Rabu (24/1/2018)