Pilgub Sumsel
Memanas, Dukung Kakaknya di Pilgub Sumsel, Ridho Yahya Sebut Dodi Reza Minim Prestasi
Ketua DPD Golkar Prabumulih Ridho Yahya terang-terangan memberikan dukungan pada pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Pilkada di Sumsel semakin seru.
Setelah gejolak dukungan di internal Partai Hanura, kini Partai Golkar juga mulai memanas.
Bupati Muaraenim Muaraenim Muzakir Sai Sohar dilengserkan dari jabatan Ketua DPD Golkar Muaraenim.
Sementara Ketua DPD Golkar Prabumulih Ridho Yahya terang-terangan memberikan dukungan pada pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya.
Ridho Yahya yang menjabat Walikota Prabumulih mengungkapkan sudah selayaknya Mawardi Yahya selaku kader senior maju mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel.
Baca: Membangkang dari Partai Golkar, Ridho Yahya Tegaskan Dukung Herman Deru-Mawardi Yahya
"Pak Mawardi mau kemana lagi, beliau menjadi kader Golkar (Sumsel) paling senior dan bahkan seniorlah beliau dari pak Alex Noerdin. Hanya tinggal dua kader paling senior, pak Yansuri dan beliau," ujarnya kepada wartawan usai memberikan kuliah umum kepada ratusan mahasiswa Yayasan Pendidikan Prabumulih, Selasa (16/1).
Selain senior, Mawardi juga sudah menjadi Bupati OI selama dua periode dan di DPRD OKI juga sudah menjabat selama dua periode.
"Alhamdulillah selama beliau menjabat, aman, beliau senior, kalau beliau tidak seperti sekarang (maju jadi balonwagub) mau kemana lagi beliau, jenjang politik beliau habis kalau tidak demikian," katanya.
Baca: Lolos 15 Besar Indonesia Idol,Akun Pria Tanyakan Video Full di Komentar,Jawaban Marion Jola Sadis

"Yang Hebat itu Pak Alex"
Ridho mengungkap alasan kedua, yakni kader yang dicalonkan Golkar saat ini adalah kader muda dan belum memiliki prestasi hebat.
"Bolehlah kita tidak melihat senioritas, tapi kader muda itu harus memiliki prestasi luar biasa, yang berprestasi hebat itu pak Alex. Dodi apa prestasinya dan baru juga menjabat," bebernya.
Tidak hanya itu Ridho menuturkan, saat ini Golkar malah banyak menambah lawan politik di Kabupaten Muaraenim, OKI, dan Kota Palembang.
"Itu konsep pemimpin yang salah, yang benar itu kita menahan ego pribadi kita demi kesuksesan program," tuturnya seraya mengatakan dirinya menerapkan menahan ego mencopot pejabat agar program dilakukan berhasil.