Diasuh Sejak Kecil,Cucu Durhaka Perlakukan Kakeknya Seperti Ini,Tak Diduga Ayahnya Juga

Kakek bernama Wang memiliki dua anak laki-laki, putra sulung bernama Xiao Lung yang enam tahun lebih tua dari Xiao Ming, putra keduanya.

TRIBUNSUMSEL.COM --  Kakek bernama Wang memiliki dua anak laki-laki, putra sulung bernama Xiao Lung yang enam tahun lebih tua dari Xiao Ming, putra keduanya.

Dilansir dari Erabaru, Semasa kanak-kanak, hubungan kedua kakak beradik ini sangat akrab, tapi setelah dewasa, dan masing-masing sudah punya keluarga, perlahan-lahan hubungan keduanya pun menjadi hambar, dan selalu perhitungan satu sama lain, seringkali bertengkar karena masalah ayah mereka.

Rumah beratap genteng yang dihuni pak Wang itu adalah peninggalan ayahnya dulu.Rumah itu juga telah diperbaiki dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit ketika itu.

Pada saat itu, ayah pak Wang cukup kaya dan makmur. Dia juga sosok orang yang cukup terpandang dan disegani di desa. Oleh karena itu, rumah yang diperbaiki juga cukup mentereng.

Saat Xiao Lung menikah, paman keduanya telah pindah dari rumah itu dan tinggal di sebuah rumah yang telah direnovasi, lalu kamar yang pernah mereka tempati itu diberikan ke Xiao Lung.

Dan saat giliran Xiao Ming yang akan menikah, pak Wang meminta mak comblang di desa itu untuk mencarikan calon yang cocok pada Xiao Ming.

Mak comblang itu tampak tersenyum ceria dan berkata, “Aduh bang, gimana ya, zaman sekarang anak perempuan mana yang mau menikah kalau tidak ada rumah baru? Lebih baik abang pikirkan dulu rumahnya untuk pernikahan Xiao Ming.” kata mak comblang pada pak Wang. ”

Isteri pak Wang sudah lama meninggal, dan sejak itu dia yang membesarkan kedua putranya seorang diri, sehingga uang simpanannya selama bertahun-tahun ini juga tidak banyak. Kemudian dia mengumpulkan uang secukupnya dari sanak keluarganya. Akhirnya ia bisa membangun sebuah rumah baru walau dengan ukuran yang kecil untuk pernikahan Xiao Ming.

Melihat adiknya dibangunkan rumah baru, sang kakak, Xiao Lung tampak cemberut dan mengeluh pada pak Wang, ayahnya, “Ayah tidak adil. Kenapa saat aku menikah, ayah tidak membangunkan rumah baru untukku, sekarang Xiao Ming menikah, ayah lalu membangunkan rumah baru untuknya, pokoknya aku tidak terima! ”

Pak Wang mendengarkan keluhan Xiao Lung sampai selesai dengan santai sambil menghembuskan asap rokoknya, lalu dengan tenang bertanya, “Kalau begitu, apa yang seharusnya Ayah lakukan menurutmu ?

Xiao Lung merenung sejenak lalu berkata sambil memandang pak Wang, “Agar supaya adil, ayah juga harus membangunkan satu rumah baru untukku. Kalau tidak…..ayah suruh Xiao Ming sendiri saja yang mengurus ayah nantinya.”

Pak Wang langsung tersedak asap rokok ketika mendengar perkataan Xiao lung, kemudian menjawab sambil terbatuk-batuk, “Kamu dan ayah sudah hidup terpisah di rumah masing-masing, dan kamu sendiri juga sanggup menghidupi keluarga, malah sekarang meminta ayah membangunkan rumah baru untukmu, apalagi ayah juga sudah setua ini, kamu…..kamu….mau membuatku mati sesak ya!”

Tentu saja, pak Wang tidak membangunkan rumah untuk Xiao Lung, dan sejak itu Xiao Lung membuktikan ucapannya, ia acuh tak acuh dan tidak peduli lagi pada pak Wang, ayahnya.

Sementara putra keduanya kadang-kadang mengantarkan makanan dan lauk pauk untuk ayahnya.

Beberapa tahun kemudian, setelah punya uang, Xiao Lung membangun sebuah rumah baru, dan pindah dari kamar peninggalan pamannya.

Dan sejak itu hubungan dengan ayahnya juga semakin menjauh seperti orang asing yang tak saling mengenal.

Suatu hari, pak Wang jatuh sakit, terbaring lemah di tempat tidur, putra kedua pak Wang berencana membawanya ke rumah sakit, tapi dimarahi isterinya.

“Kamu gila ya? Masa langsung membawa ke rumah sakit tanpa diskusikan dulu dengan abangmu, bagaimana bagi biaya rumah sakitnya nanti, atau kamu mau menanggungnya sendiri? Hei, dengar ya, pokoknya aku tidak setuju,” kata isteri Xiao Ming dengan mata melotot.

Akhirnya Xiao Ming menemui abangnya, namun, Xiao Lung tersenyum dingin dan berkata.

“Kamu tahu persis, sikap ayah jauh lebih baik padamu daripada aku, uang yang dia habiskan untukmu juga jauh lebih banyak daripada aku, sekarang giliran dia perlu uang, malah memintaku berbagi beban. Aku dan kakak iparmu tidak akan turut campur masalah ini, kamu saja yang mengurusnya sendiri, pokoknya aku tidak mau, itu bukan urusanku.”

Pin Pin, putra Xiao Lung punya hubungan yang jauh lebih dekat dengan pak Wang, kakeknya.

Mengetahui kakeknya jatuh sakit, Pin Pin lalu menjenguknya. Selama ini pak Wang memang sangat menyayangi Pin Pin cucuini,dan hubungan mereka juga sangat akrab.

Pin Pin yang melihat kakeknya semakin lemah dari hari ke hari, lalu memohon kepada ayah dan ibunya, “Ayah, kakek sudah sekarat, tolong bawalah kakek ke dokter.”

“Anak kecil tidak perlu tahu urusan orang tua,” kata ayahnya dengan mata melotot.

Pin Pin tahu ayah-ibunya punya giok keluarga yang berharga yang disimpan di dalam lemari, ia ingin mengambilnya untuk main, namun ibunya berkata kepadanya, “Kamu masih kecil sekarang, tunggu nanti setelah besar, ibu akan memberikannya padamu.”

Namun, diam-diam Pin Pin mengambil giok itu saat ayah-ibunya ke ladang, kemudian dia membawanya ke sebuah toko batu giok. Setelah mendengar tujuannya menjual giok itu, pemilik toko pun memberinya uang yang lumayan banyak.

Ketika Pin Pin hendak membawa kakeknya ke dokter, ayah-ibunya tiba-tiba mendapati batu gioknya hilang, lalu Xiao Lung menarik lengan Pin Pin dan bertanya padanya.

“Dasar bajingan cilik, kamu ya yang mengambil giok itu, sini cepat berikan padaku, atau kalau tidak cambuk ini yang bicara ! “kata ayahnya marah.

Pin Pin yang biasanya tak punya kekuatan yang besar, entah dari mana tiba-tiba saja punya kekuatan yang dahsyat. Saat itu, dia menghempaskan tangan ayahnya dan berteriak, “Memang aku yang menjual giok itu, kenapa hah! Kalian kan sudah bilang akan mewariskan giok itu padaku nanti.

Kalau memang cepat atau lambat akan menjadi milikku, lalu apa salahnya kalau sekarang aku jual? Huh, asal tahu saja kalian, sekarang kalian memperlakukan kakek seperti ini, kelak aku juga akan memperlakukan kalian seperti itu, dan ingat itu! Kalian perlahan-lahan akan menjadi tua, sedangkan aku secara bertahap akan tumbuh dewasa.”

Xiao Lung dan isterinya tersentak mendengar perkataan Pin Pin, putranya. Mereka saling pandang seakan tidak percaya anaknya yang biasanya pendiam akan mengucapkan kata-kata seperti itu.

Setelah merenung sejenak, akhirnya, Xiao Lung dan isterinya membawa ayah mereka ke rumah sakit. Untung ada cucu cerdik pak Wang yang akhirnya menyelamatkan kakeknya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved