Hari Pahlawan

Inilah Sosok Pejuang yang Ikut Usir Penjajah dari Palembang, Kisahnya Bikin Bangga

Dengan peralatan yang canggih Belanda dapat dengan muda masuk dan menjajah tanah ibu pertiwi.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
Tribun Sumsel/Net

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Indonesia adalah sebuah negara besar yang dipenuhi sejarah, bagaimana tidak, butuh perjuangan ekstra panjang sebelum berhasil mengibarkan bendera sang merah putih, Kamis (9/11/2017).

Tercatat dalam waktu 350 tahun Indonesia menjadi negara jajahan Belanda.

Banyak korban yang berjatuhan atas peristiwa berdarah tersebut.

Dengan peralatan yang canggih Belanda dapat dengan muda masuk dan menjajah tanah ibu pertiwi.

Meski dalam kondisi tertekan, Indonesia akhirnya bisa mengusir penjajah dengan perjuangan yang tak kenal lelah.

Dahsyatnya perjuangan untuk merebut kemerdekaan tersebut sangat sulit untuk dibayangkan.

Seperti kisah pejuang yang satu ini, diusia yang sudah menginjak 90 tahun, ia masih terlihat sangat kuat.

Hal tersebut terbukti dari cara ia berjalan, tanpa alat bantu ia masih tetap gagah menggerakan kedua kakinya.

Memiliki nama lengkap Abdul Wahab, pejuang veteran dari Palembang tersebut menceritakan tentang situasi pertempuran yang terjadi pada tahun 1945.

Ia mengatakan meski tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan.

Belanda masih tetap berusaha untuk menguasai kota Palembang.

Sehingga menimbulkan pecahnya perang Lima Hari Lima Malam yang terjadi pada tanggal 1 sampai 5 Januari 1947.

"Belanda menguasai 3 titik penting di Kota Palembang, simpang 4 rumah sakit Charitas, 16 Ilir dan 13 Ulu adalah markas penjajah", kata Abdul Wahab.

Pria yang kala itu berpangkat Sersan Mayor pun menjelaskan perihal dalam pertempuran dalam mengusir penjajah.

Ia bersama beberapa teman seperjuangannya harus melupakan rasa lapar demi untuk mengalahkan tentara Belanda.

Hanya memakai senjata tajam dan beberapa senjata rampasan Abdul Wahab terus berjuang, meski harus bertaruh nyawa.

"Keluar masuk hutan, sudah menjadi hal biasa kala itu", ungkap Wahab saat ditemui dikediamannya.

Seorang veteran Abdul Wahab
Seorang veteran Abdul Wahab ()

Pria dengan 16 cucu tersebut juga menyampaikan kalau ia sempat tidak makan 2 hari 2 malam saat sedang baku tembak dengan musuh.

"Pikiran hanya untuk menembak dan jangan sampai terbunuh, tidak lagi memikirkan untuk makan", ungkapnya.

Dalam pertempuran hebat tersebut ia mengatakan kalau ada pengalaman yang membuat dirinya merasa sangat bangga.

"Saat itu saya sedang bersama teman di wilayah dekat Prabumulih, teman saya yang membawa senjata laras panjang hasil rampasan berhasil menembak jatuh pesawat musuh", terangnya dengan lugas.

Yang mengharukannya, Abdul Wahab mengatakan kalau di era pertempurannya dirinya tidak menerima gaji sedikit pun.

"Bagi saya uang bukanlah hal harus dipikirkan, mengusir penjajah adalah mimpi saya kala itu", terangnya.

Tepat di hari Pahlawan besok 10 November, ia berharap agar segenap generasi rakyat Indonesia tidak pernah melupakan sejarah.

Dan ia juga memesankan, agar sekiranya negara Indonesia tetap jaya sampai kapan pun.

Hal senada juga terlihat dari gambaran pejuang di era modern.

Jauh setelah kemerdekaan, ternyata masih ada pejuang hebat.

Pahlawan Masa Kini

Perannya tanpa terlihat, akan tetapi sama seperti pejuang veteran mereka mampu berbuat sesuatu yang besar untuk orang banyak.

Seperti cerita dari pria yang satu ini.

Ia setiap harinya berjuang untuk menjaga kebersihan Jalan raya.

Pria bernama Mamad (48), warga Jalan Ibul Besar 3 RT 1 RW 1 Kabupaten Ogan Ilir tersebut setiap harinya bertugas layaknya pejuang di era modern.

Bagaimana tidak, ayah 3 anak itu harus bertugas sembari melawan maut.

Jika seorang veteran harus berjuang menghindari peluru, beda halnya dengan Mamad.

Ia harus berjuang menghindari ratusan kendaraan yang melintas ditempat ia bekerja.

Mamad adalah petugas lepas Dinas Kebersihan Kota Palembang, setiap harinya ia harus bekerja membersihkan badan serta pinggiran Jalan raya.

c
c ()

Tak main - main, jarak kerja Mamad sendiri cukup jauh.

Ia harus membersihkan Jalan dengan jarak 1 kilo meter.

Setiap langkah yang ia jalani harus dengan perician yang baik, pasalnya jika salah sedikit saja Mamad bisa kehilangan nyawanya.

Mobil dan motor dengan kecepatan tinggi seakan sudah siap menyambut Mamad.

"Ini pekerjaan, bagaimana pun harus siap", katanya.

Sambil mengenakan pakaian berwarna kuning, lengkap dengan sapu untuk ia bekerja.

Mamad menceritakan kalau ia pernah mengalami hal yang mengerikan.

"Kala itu saya sedang menyapu, tiba - tiba ada pengguna jalan yang menyerempet tubuh saya, untung saja saya tidak mengalami luka yang serius", jelas Mamad.

Pekerjaan yang ia jalani sendiri terbagi atas dua shift, pagi Pukul 07.00 - 15.00 dan siang pukul 15.00 - 23.00 malam.

Rute tugas menyapu Mamad sendiri yaitu di Jalan Jendral Ahmad Yani.

c
c ()

"Saya menyapu dari dekat SPBU sampai didepan kampus Muhammadiyah", ungkapnya.

Meski hanya pekerja lepas dengan gaji Rp 70 ribu perhari, ia tetap terus berjuang menjalani pekerjaannya.

"Ada rasa kesenangan sendiri apabila Jalanan bersih dan jauh dari kata kotor, itu sudah sangat membuat saya senang dalam bekerja", kata Mamad.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved