Ayah Tantang Anaknya yang Malas untuk Dapat Nilai ''0'', Kejadian Berikutnya Mengejutkan
Pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" nampaknya berlaku bagi ayah dan anak yang sama-sama
TRIBUNSUMSEL.COM-Pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" nampaknya berlaku bagi ayah dan anak yang sama-sama berprestasi berikut ini.
Sang ayah, Liu-Yong, adalah seorang professor di Universitas Kolumbia serta seorang penulis dan pelukis terkenal.
Sedangkan sang anak, Liu-Xuan, adalah murid S2 di Harvard, pembimbing musik CitSep Boston, pembawa acara di WIIRBD Cambrige serta seorang penulis.
Pencapaian Liu-Xuan di bidang akademis tak lepas dari hasil didikan sang ayah.
Seperti kebanyakan anak lainnya, Liu-Xuan pun memasuki tahap puber saat duduk di bangku SMP.
Ketika itu Liu-Xuan menjadi anak yang nakal dan tidak suka sekolah.
Ia melewati hari-hari dengan bermimpi untuk menjadi seperti Michael Schumacher, pembalap F1 idolanya.
Setiap kali ujian Liu-Xuan hanya mendapat nilai C, sampai akhirnya semua guru pun angkat tangan, tak tahu harus bagaimana lagi mengajarinya.
Sebagai ayah, Liu-Yong mendidik Liu-Xuan dengan gaya yang terbilang santai.
Ia bahkan memperbolehkan Liu-Xuan untuk memanggilnya dengan nama.
Namun demikian, hari itu Liu-Yong akhirnya memanggil Liu-Xuan untuk bicara mengenai nilai ujiannya yang terus menerus mendapat C.
Dengan santai dan senyum misterius Liu-Yong berkata,"Gurumu di sekolah bilang sekarang kamu setiap hari bermimpi jadi Shcumacher, gak mau lagi belajar, bener?"
"Iya" jawab Liu-Xuan dengan muka kecut. Merasa diremehkan dengan perkataan sang ayah, Liu-Xuan lanjut berkata,"
Schumacher itu idolaku! Waktu dia seumurku, nilainya juga jelek, nol malah. Coba liat, sekarang dia tetep aja berhasil jadi pembalap kelas atas dunia!"
Liu-Yong tertawa seolah menang diatas angin, kemudian berkata,"Dia dapet nilai nol, jadi pembalap dunia. Tapi, kamu? Kamu gak pernah dapet nilai nol, nilaimu itu… 'C'!"
Liu-Xuan tak percaya, sang ayah mentertawai dirinya hanya karena dia belum pernah dapat nilai nol saat ujian?
Merasa direndahkan, Liu-Xuan balik bertanya dengan nada menantang,
"Kamu berharap aku dapat nilai nol yah?"
Liu-Yong kembali tertawa dan duduk menyandar di sofa.
"Ok, ide yang bagus tuh! Kita taruhan, kalau kamu bisa dapat nilai nol, terserah kamu mau ngapain, ayah tak akan ikut campur.
Tapi, kalau kamu tidak berhasil dapat nilai nol, kamu harus ikuti apa kata ayah, belajar baik-baik. Setuju?"
Liu-Xuan terbengong-bengong, bagaimana mungkin ada ayah yang taruhan hal bodoh seperti itu dengan anaknya?
"Tapi, namanya ujian kamu harus ikuti semua peraturan yang berlaku: harus jawab semua pertanyaan yang ada, tidak boleh dikosongi dan juga tidak boleh bolos, tidak ikut ujian. Ok?" lanjut Liu-Yong.
"Gak masalah! Deal!" jawab Liu-Xuan seakan menang di atas angin.
Hari ujian pun tiba, setelah menulis nama dan data lainnya, Liu-Xuan mulai menjawab pertanyaan pertama.
1. Siapa nama Presiden Amerika yang memimpin rakyat melawan Nazi pada perang dunia kedua?
A. Carter
B. Roosevelt
C. Einsenhower
Liu-Xuan tahu pasti jawabannya adalah Roosevelt, oleh sebab itu ia sengaja menjawab C. Eisenhower.
Begitu pula dengan beberapa pertanyaan berikutnya, Liu-Xuan sengaja memilih jawaban yang salah.
Namun ketika soal ujian semakin sulit, Liu-Xuan tidak dapat memastikan jawaban mana yang salah.
Hingga akhirnya ia pun sembarangan menjawab.
Hari itu Liu-Xuan baru sadar, ternyata mendapatkan nilai nol tidaklah mudah!
Saat hasil ujian dibagikan, benar saja, Liu-Xuan kembali mendapat nilai 'C' bukannya '0'!
Melihat hasil tersebut, Liu-Yong hanya tersenyum penuh arti.
"Kita udah janji kan, kalau kamu tidak bisa dapat nilai nol, maka kamu harus nurut apa kata ayah!" ujar Liu-Yong.
Ketika itu Liu-Xuan sudah siap mendengar perintah ayahnya agar ia belajar baik-baik hingga mendapat nilai A.
Tapi siapa sangka, Liu-Yong malah berkata,"Mulai dari sekarang, ayah kasih kamu target.
Kamu harus bisa mendapat nilai nol dalam ujian. Jika kamu berhasil, maka kamu bebas!"
Liu-Xuan kembali terbengong mendengar perintah sang ayah, sesaat ia sempat berpikir bahwa otak ayahnya telah rusak!
Namun demikian, Liu-Xuan menerima perintah itu dengan senang hati karena mendapat nilai nol kedengarannya jauh lebih mudah daripada mendapat nilai A.
Ujian demi ujian Liu-Xuan lewati, namun hasil terakhir yang bisa ia dapatkan hanyalah C, bukan nol.
Sejak saat itu Liu-Xuan mulai serius belajar sehingga ia bisa memastikan jawaban mana yang salah.
Dengan kata lain, di saat yang bersamaan, Liu-Xuan sebenarnya tahu jawaban mana yang benar. Setahun kemudian, Liu-Xuan akhirnya berhasil mendapat nilai nol!
Ketika melihat hasil ujian tersebut, Liu-Yong tersenyum puas. Hari itu ia mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan Liu-Xuan mendapat nilai nol.
"Selamat nak! Akhirnya kamu bisa dapat nilai nol! Sekarang kamu pasti sudah tahu kan, hanya anak yang mampu meraih nilai A yang bisa mendapat nilai nol. Hahaha.
Kena kamu dikerjain sama ayah!"
Liu-Xuan hanya tersenyum masam mengakui kehebatan ayahnya.
Liu-Yong tahu pasti memberi target nol akan terasa jauh lebih ringan dan mudah dilakukan daripada mendapat nilai A, sehingga Liu-Xuan pasti mau berusaha mencapai taget tersebut.
Di umur yang ke 18, Liu-Xuan tidak lagi bercita-cita menjadi Shumacher nomor dua, tapi menjadi Liu-Xuan nomor satu! Liu-Xuan behasil masuk universitas Harvard.
Setelah mendapatkan gelar master, ia pun lanjut kuliah S3. Tak hanya itu.
Ia juga mulai menulis buku, menerjemahkan buku, serta mendapat berbagai penghargaan di bidang musik!
Sobat Cerpen, bukan berarti setelah ini kamu suruh anakmu mendapat nilai nol yah! Setiap anak memiliki karakter yang berbeda dan unik sehingga cara mendidiknya pun berbeda. Kenalilah anakmu baik-baik dan cobalah menjadi orang tua yang kreatif dalam mendidik anak, niscaya anakmu akan menjadi orang yang berhasil pula seperti Liu-Xuan! Yang setuju, yuk bagikan kisah ini sebanyak-banyaknya!