Kecewa Sedekahnya 20 Ribu Diganti Allah 2 Juta, Pria Miskin Lakukan Hal Mengejutkan ini

Salah satu pengertiannya dari Al-Jurjani, Ia berpendapat bahwa segala sesuatu pemberian yang diharapakan mendapatkan ridho Allah SWT.

Editor: M. Syah Beni
Kolase Tribunsumsel.com/ Net

TRIBUNSUMSEL.COM- Sedekah dan infaq memiliki kesamaan arti dan perbuatan, yaitu mengeluarkan harta untuk diberikan kepada yang tidak mampu.

Sedekah meliliki banyak pengertian dari banyak para ulama.

Salah satu pengertiannya dari Al-Jurjani, Ia berpendapat bahwa segala sesuatu pemberian yang diharapakan mendapatkan ridho Allah SWT.

Pemberian yang dimaksud bisa bermacam-macam, baik pemberian itu berupa harta maupun pemberian berupa perbuatan atau perlakuan baik (memberikan jasa tenaga kerja).

Sedekah walaupun kecil nilainya tetapi sangat berharga di mata Allah SWT.

Orang yang pelit dan kikir terhadap hartanya dan tidak pernah menyedekahkan hartanya walaupun hanya sebagian, maka merugilah mereka di dunia maupun di akhirat karena tidak ada keberkahan dalam hartanya.

Padahal bersedekah itu sangat penting bagi kepentingan dirinya, karena dengan mensedekahkan harta akan menuai berkah dan sebaliknya jika menahan hartanya maka akan celaka.

Bagaimana seorang pria miskin dengan rela membantu pria kaya yang sedang sakit.

Jumlah sedekahnya tidak besar.

Saat Allah Subhanahu Wa Taala mengganti uang sedekahnya berkali-kali lipat, pria miskin ini malah menangis kecewa. 

Mengapa ia kecewa dengan imbalan yang telah dijanjikan itu.

Berikut ceritanya

Saudagar kaya yang lagi sakit itu menangis tersedu-sedu sesaat setelah tetangganya yang miskin menengoknya di rumah sakit dan memberinya amplop.

Amplop kecil itu berisi uang Rp 20.000.

H Mahmud, demikian ia biasa dipanggil, membuka amplop itu dengan penuh rasa haru.

Jenguk Sakit
Jenguk Sakit (Kolase Tribunsumsel.com/ Net)

“Bagaimana bisa orang semiskin Pak Manto itu menyumbang aku. Aku tahu Rp 20.000 adalah sebesar penghasilannya per hari,” kata H Mahmudpada dirinya sendiri.

“Dia memang orang baik dan selalu tulus dalam kebaikannya kepada siapa pun. Aku bahkan tahu seandainya uang itu aku tolak, pasti Pak Manto tidak tersinggung.”

Kebaikan dan ketulusan hati Pak Manto membuat H Mahmud tidak keberatan menerima sumbangannya.

Ia tidak merasa tersinggung dengan sumbangan sekecil itu.

“Uang ini akan aku simpan baik-baik. Pasti di dalamnya banyak barokah karena Pak Manto mendapatkan uang ini tentu dengan cucuran keringat dan susah payah. Akan aku gunakan pada saat yang tepat.”

Tiga hari kemudian, H Mahmuddiperbolehkan pulang.

Hal pertama yang dia rencanakan setelah kondisinya pulih adalah mengunjungi Pak Manto di rumahnya yang sederhana.

“Assalamualaikum!” Demikian H Mahmud beruluk salam ketika memasuki rumah Pak Manto. Pak Manto terkaget karena tak pernah membayangkan akan dikunjungi H. Mahmud.

“Pak Manto, saya sangat berterima kasih atas kunjungan Pak Manto kepada saya di rumah sakit seminggu yang lalu. Alhamdulillah berkat doa Pak Manto, saya bisa segera sembuh. Saya bersilaturrahim ke sini juga dalam rangka mensyukuri kesehatan saya yang sudah pulih kembali. Tapi maaf saya tak bisa lama-lama di sini.”

H Mahmud segera berpamitan pada Pak Manto sambil memberikan amplop berisi Rp 2.000.000.

c
c ()

Bagi H. Mahmud, uang sejumlah itu sebanding nilainya dengan Rp 20.000 dari Pak manto karena sama-sama sebesar penghasilan per hari mereka masing-masing.

Beberapa saat kemudian, dibukanya amplop itu oleh Pak Manto dan meledaklah tangisnya.

“Tuhan, mengapa secepat dan sebesar ini Engkau membalas sedekahku. Bagaimana aku merasa bangga sedang aku lebih mengharapkan balasan di akhirat, yakni berjumpa dengan-Mu. Tuhan, aku tak pernah berniat bisnis dengan-Mu dalam setiap sedekahku. Berhentilah membalas sedekahku di dunia ini. Ataukah, Engkau memang tidak mencintaiku?!” Pak Manto menangis tersedu-sedu.

Air matanya bercucuran.

Hatinya pilu.

Siang itu, Pak Manto bergegas menuju rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya.

Ia tahu pasti banyak pasien miskin yang tak bisa segera tinggalkan rumah sakit karena belum bisa menyelesaikan tagihannya.

Diberikanlah uang dari H Mahmud itu kepada seorang laki-laki muda yang tampak murung dan bingung karena uangnya belum cukup untuk menebus biaya istrinya yang melahirkan dengan operasi caesar.

c
c ()

"Terimalah uang ini. Ini sedekah dari seorang saudagar kaya di kota ini. Mas tidak usah bertanya siapa nama saudagar itu karena beliau belum tentu senang diketahui identitasnya," kata Pak Manto lirih.

Ditulis kembali dari tulisan Muhammad Ishom, Dosen Fakultas Agama Islam, Univeritas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved