Numpang Menginap di Rumah, Kakak Ipar Pakai Piyama Nyaris Vulgar, Kejadian Berikutnya Tak Disangka
Ini adalah kisah perjalanan hidup rumah tangga sepasang pasutri. Sang istri mempunyai persepsi sendiri dalam menjalani kehidupan di rumah tangga.
Dan tanpa rasa malu sedikit pun mondar-mandir si ruang tamu dengan piyama yang nyaris vulgar di badannya.
Bagaimana pun, suamiku kan laki-laki, apa dia tidak merasa risih ? saya pun menarik suamiku ke kamar, dan langsung bilang sangat tidak suka dengan kakak iparku itu.

Namun, kami terpaksa bersabar karena menghormati kakak laki-laki suamiku.
Di lingkungan tempat tinggal kami banyak gedung sekolah.
Suatu hari saat pulang kerja, saya melihat kakak ipar dan seorang anak-anak usia puluhan tahun sedang duduk santai di ruang tamu sambil menikmati makanan, tanpa bicarakan dulu dengan saya langsung mengajak orang ke rumah.
Dan ia langsung berkata : Saya berencana menitipkan keponakan saya untuk tinggal di sini, agar gampang ke sekolahnya.
Toh, kalian masih belum punya anak, dan masih ada kamar kosong.
Saya benar-benar naik pitam mendengarnya, jelas-jelas bisa tinggal di asrama sekolah, tapi dianya yang tidak mau, dengan alasan kondisinya tidak bagus.
Kakak iparku mengatakan telah mendaftarkan nama keponakannya, dan barang-barangnya juga sudah dibawa ke rumah. saya hanya bisa emosi ketika itu, tapi tidak bisa berkata apa-apa.
Tanpa terasa setengah tahun lamanya dia menetap di rumahku, saat libur sekolah, keponakannya pun pulang ke rumahnya. Kalau tidak, dia akan selalu berkunjung ke rumah setiap hari, tidak sungkan sedikit pun.
Membuatnya seoalah-olah dialah juragan yang sebenarnya. Meski dia kakak ipar, tapi sikapnya juga sudah keterlaluan.
Saya pun menemukan ide yang cukup ampuh, sebelum mulai masuk sekolah, saya berkata pada kakak ipar : Sekarang kami berencana ingin punya anak, tidak ada uang lebih lagi, angsuran rumah yang cukup besar setiap bulan.
Jika keponakanmu mau tinggal di rumah kami, berilah kami biaya kos dan biaya hidup setiap bulan. Kakak iparku nyaris melompat kaget mendengar permintaanku, bisa saya bayangkan emosinya dia saat itu…bagaimana pun juga dia tak menyangka saya bisa berkata seperti itu.
Kemudian dia pun menyuruh keponakannya tinggal di asrama, dan saya pun mengganti semua kunci rumah, dengan begitu, dia pun jarang datang ke rumah lagi, dan tidak berani lagi ngoceh semaunya.