Ini Alasan Pemerintah Arab Saudi Larang Wanita Mengemudi Sendiri, Karena Alasan "Otak Setengah"
Dia mengatakan perempuan tidak bisa beribadah sama banyaknya seperti pria karena menghadapi masa menstruasi.
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang ulama Arab Saudi dilarang menyampaikan kotbah, setelah memicu kecaman di dunia maya menyusul pendapatnya yang menyebut perempuan terlalu bodoh untuk menyetir mobil.
Dalam rekaman video yang menyebar luas, Syekh al Hajari mengatakan perempuan awalnya hanya memiliki setengah otak, namun setelah belanja mereka tinggal punya seperempat otak.
Pendapat itu disampaikan Syekh al Hajari -yang merupakan pemuka agama terkemuka di Provinsi Assir, barat daya Arab Saudi, dalam sebuah acara ceramah.
Akibat komentar yang memicu kecaman luas, Pemerintah Provinsi Assir kini melarang Hajari untuk berkotbah, dan melakukan kegiatan umum yang berkaitan dengan agama.
Syekh al Hajari agaknya berupaya juga melunakkan kritiknya.
Dia mengatakan perempuan tidak bisa beribadah sama banyaknya seperti pria karena menghadapi masa menstruasi.
Sehingga, bukan salah mereka jika tidak berada dalam tingkat otak yang sama.
"Itu bukan salah mereka, namun perempuan kurang kecerdasannya, bukankah begitu?"
Kalimat itu meluncur dari mulut Hajari kepada hadirin, seperti dilaporkan situs The New Arab, yang mengutip koran Sabq terbitan Arab Saudi.
"Akankah Anda memberi izin mengemudi kepada pria yang setengah otak? Jadi bagaimana Anda memberinya kepada perempuan yang cuma punya setengah otak?"
"Dan jika mereka ke pasar, akan berkurang setengah lagi! Jadi mereka kini punya seperempat," tambah Hajari.
Komentar itu memicu serangan balik, antara lain dari Bushra yang menulis pesan di Twitter.
"Yakin dia (sedang) berbicara tentang perempuan yang membesarkannya, makanya jadi begitulah dia."
Sementara, akun Master menyatakan permintaan maaf, "sebagai seorang pria saya merasa malu dengan tagar ini dan meminta maaf untuk semua perempuan di dunia, khususnya ibu dan kakak-kakak saya."
Mengerikan Bom Meledak di Arab Saudi Saat Umat Muslim Tengah Berbuka Puasa
TRIBUNSUMSEL.COM- Sebuah ledakan diduga bom bunuh diri dikabarkan mengguncang Kota Madinah, Arab Saudi, Senin (4/7/2016), petang.
Sky News mengutip dari stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, ledakan terjadi di kawasan luar Masjid Nabawi, dimana terdapat makam Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Sejumlah video beredar pada media sosial Twitter dengan kata kunci “Medina” memperlihatkan asap hitam pekat membumbung tinggi di dekat masjid.
Hanya dalam hitungan menit, pada hampir bersamaan, dikabarkan pula terjadi bom bunuh diri di sekitar sebuah masjid di kawasan pemukiman Muslim Syiah di Qatif, Arab Saudi.
Dikutip dari The Associated Press, bom meledak saat warga Muslim sedang berbuka puasa Ramadan.
Bom di Qatif dilaporkan meledak dari sebuah mobil.
Hingga berita ini dimuat, belum diketahui secara pasti jumlah korban jiwa.
Pada Senin pagi kemarin, Jeddah juga diguncang bom.
Dikutip dari BBC, seorang terduga bom bunuh diri tewas setelah bahan peledaknya meledak di dekat Kantor konsulat Amerika Serikat di Jeddah, Arab Saudi, demikian laporan media setempat.
Beberapa laporan lainnya menyebutkan ledakan itu telah melukai dua orang petugas keamanan kantor konsulat.
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, dua anggota kepolisian setempat terluka ketika berusaha menghentikan aksi pelaku bom bunuh diri.
Belum ada keterangan resmi dari otoritas Arab Saudi dan AS terhadap peristiwa tersebut
Disebutkan pelaku mengendarai sebuah kendaraan roda empat di depan masjid tidak jauh dari kantor konsulat AS.
Serangan ini terjadi menjelang peringatan hari jadi kemerdekaan Amerika Serikat.
Pada 2004, konsulat AS di Jeddah menjadi target serangan kelompok militan yang menewaskan sembilan orang.(*)
