Inalilahi, 64 Anak Tewas Saat Dirawat di Rumah Sakit, Penyebabnya Bikin Banyak Orang Marah

Pernyataan para pejabat itu bertentangan dengan kesaksian keluarga korban. Keluarga yakin bahwa

Editor: M. Syah Beni

TRIBUNSUMSEL.COM- Menyedihkan, sebanyak 64 anak-anak dilaporkan tewas di sebuah rumah sakit di India.

Penyebabnya tak disangka karena suplai oksigen dihentikan!

Dalam rentang waktu 6 hari, sebanyak 64 bayi dan anak-anak hingga usia 12 tahun yang dirawat di Baba Raghav Das (BRD) Hospital, Gorakhpur, Negara Bagian Uttar Pradesh, India, tewas.

C
C ()

Dugaan sementara, mereka kehilangan nyawanya karena kekurangan pasokan oksigen.

Pushpa Sales yang menyediakan oksigen untuk rumah sakit milik pemerintah tersebut menghentikan suplai oksigen.

Pasalnya BRD menunggak pembayaran sebesar 7 juta rupee atau setara dengan Rp 1,4 miliar rupiah.

C
C ()

Ironisnya, berakibat anak-anak yang sedang dalam perawatan disana tidak bisa bernafas, hingga tewas mengenaskan.

Media menyebutkan, bahwa perusahaan pasokan oksigen mengeluarkan surat untuk pemerintah dan rumah sakit terkait.

C
C ()

Isi surat memperingatkan bahwa pihak pemasok oksigen akan menghentikan pasokan oksigen jika pihak rumah sakit tidak membayar tunggakan biaya tersebut.

Namun, laporan tersebut ditolak oleh pemerintah.

C
C ()

Pejabat setempat mengatakan, bahwa anak-anak tersebut bukan tewas karena kekurangan oksiegn, akibat gigitan nyamuk saat rawat inap di rumah sakit.

Namun mereka meninggal karena terinfeksi bakteri dan peradangan otak.

Pernyataan para pejabat itu bertentangan dengan kesaksian keluarga korban.

Keluarga yakin bahwa oksigen menjadi faktor utama kematian putra-putri mereka.

C
C ()

Puncak krisis oksigen tersebut Kamis lalu (10/8). Saat itu oksigen sudah sangat tipis, dan saksi mata melihat dokter panik dan minta bantuan darurat.

Sementara para perawat mencoba menggunakan ventilator manual yang harus ditekan setiap beberapa detik.

Selama beberapa hari, lebih dari 60 anak-anak tewas mengenaskan, mereka tewas tersiksa dihadapan orang tua yang cemas.

c
c ()

Pemerintah daerah kembali menyatakan akan membentuk sebuah komite penyelidikan, dan jika hasil penyelidikan menemukan lembaga pemerintah yang lalai, maka dipastikan pihak yang bertanggung jawab tidak akan lolos dari hukum.

Sumber menyebutkan, perusahaan pemasok oksigen tersebut menandatangani kontrak dengan pemerintah, tunggakan tidak boleh lebih dari 1 juta rupee atau sekitar Rp. 208.5 juta.

Namun tahun lalu, pihak rumah sakit menunggak sebesar 5 juta rupee atau sekitar Rp. 1.042 miliar.

Perusahaan tersebut sebelumnya juga telah mengurangi pasokan oksigen.

Namun, tragedi kembali terjadi, hingga pemerintah panik dan mengelak tanggung jawab.

Saat ini, pihak berwenang telah mengatur untuk mengangkut oksigen dari sanatorium dekat rumah sakit.

RS telah menerima 50 tabung oksigen, dan akan dipasok 100 sampai 150 tabung lagi.

Sementara itu, pengadilan setempat juga memerintahkan untuk memulai penyelidikan, untuk menemukan penyebab pasti kematian korban.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved