Pengerjaan Tol Palindra Menjadi Lebih Lambat, Ini Penyebabnya
Dijelaskan secara sederhana, teknologi VCM bekerja mengeringkan dan mengkonsolidasi tanah yang merupakan lahan rawa.
Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Agung Dwipayana
TRIBUNSUMSEL.COM, OGAN ILIR - Jalan tol Palembang Inderalaya (Palindra) seksi 1 sepanjang 9 kilometer, sudah bisa dilalui saat arus mudik Lebaran tahun ini.
Hal ini ditegaskan Pimpinan Proyek Tol Palindra dari PT Hutama Karya, Hasan Turyanto.
"Untuk ruas tol seksi 1, sudah bisa dilalui pada penghujung Juni nanti atau H-5 Lebaran nanti," ujar Hasan kepada TribunSumsel.com, Sabtu (10/6/2017).
Meskipun pembangunan ruas tol pertama di Provinsi Sumsel ini tidak menemui kendala berarti, namun menurut Hasan, pengerjaan tol Palindra bisa lebih cepat jika tidak berada di lahan rawa.
"Kalau bukan dibangun di atas lahan rawa, sudah selesai dari kemarin-kemarin," ungkapnya.
Diketahui, dari total lahan tol Palindra sepanjang 22 kilometer, 17 kilometer dari titik nol atau Desa Ibul Besar, Kecamatan Pemulutan, merupakan tanah rawa.
Sedangkan 5 kilometer sisanya ke arah Kecamatan Inderalaya Induk, merupakan lahan kering.
Untuk 'mengakali' medan rawa yang berbeda dengan lahan jalan tol Indonesia pada umumnya, PT Hutama Karya selaku kontraktor menggunakan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM) untuk mengurangi kadar air dan kadar udara di dalam tanah yang akan dibangun konstruksi jalan tol.
"Teknologi VCM yang digunakan tol Palindra ini merupakan yang pertama di Indonesia. Negara-negara Eropa telah lebih dulu mempraktikkanya dan teknologi ini sangat populer di Cina," kata Hasan.
Dijelaskan secara sederhana, teknologi VCM bekerja mengeringkan dan mengkonsolidasi tanah yang merupakan lahan rawa.
Proses mengkonsolidasi lahan rawa inilah yang menurut Hasan cukup menyita waktu.
"Teknologi VCM itu mengurangi kadar air dan kadar udara dalam tanah sehingga tanah tersebut menurun dan lama-lama memadat. Setelah mendapat, baru kita lakukan pengaspalan," jelas Hasan.