Peringati Hari Lupus Sedunia, Begini Aktivitas yang Dilakukan PLSS
11 orang dengan lupus (Odapus) dari Persatuan Lupus Sumàtera Selatan (PLSS) mendatangi penderita lupus di RSMH Palembang, Rabu (10/5/2017).
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Yohanes Iswahyudi
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - 11 orang dengan lupus (Odapus) dari Persatuan Lupus Sumàtera Selatan (PLSS) mendatangi odapus di RSMH Palembang, Rabu (10/5/2017). Ada empat pasien lupus yang saat ini dirawat.
Ketua Persatuan Lupus Sumatera Selatan, Elnita Sari, mengatakan, kunjungan mereka sebagai bentuk perhatian sesama odapus. "Dalam rangka Hari Lupus Sedunia, kami berikan semangat dan motivasi agar mereka mau bertahan terus dan optimis," jelasnya
"Lupus itu bukanlah aib, bukan juga penyakit menular. Keluarga harus berpikir positif kalau ada anggota keluarga yang menderita lupus, karena dukungan keluargalah yang bisa membangkitkan semangat penderita untuk bisa terus bertahan," katanya.

Ia menceritakan penderita lupus tidak boleh stres dan tidak boleh capek. "Bahkan dilarang terkena sinar matahari dari pukul 8 pagi sampai 4 sore. Semakin stres dan capek si penderita maka akan semakin menurun harapan mereka untuk bertahan," jelasnya.
Elnita Sari mengungkapkan ada beberapa penderita lupus dan keluarganya yang malu sehingga terlambat dalam penanganan. Ada juga penderita dan keluarga yang tidak tahu kalau mengidap lupus karena kurangnya pengetahuan akan penyakit lupus.

"Lupus kan dikenal penyakit seribu wajah. Jadi kadang deteksi dini agak terlambat. Saya menyarankan agar penderita lupus terbuka dan mau berkonsul dengan kami secara langsung," ujarnya.
PLSS ini terbentuk tahun 2006 dan mulai aktif tahun 2009. "Sebelumnya jamannya internet, tidak ada yang tahu lupus itu apa. Hanya sebagian orang saja yang tahu dan dari majalah-majalah. Saat jaman internet sekarang baru banyak informasi," kata Umi, anggota PLSS dan seorang Odapus.
Umi menuturkan saat ini semakin banyak warga yang menderita lupus. Data anggota di PLSS saja sudah 350 anggota dan 70 odapus sudah meninggal. "Anak-anak saja ada yang kena lho. Yang tercatat di kami dari usia 8 tahun sampai 56 tahun. Belum lagi yang tidak tercatat, masih banyak," ungkapnya.

Umi berharap masyarakat tahu akan lupus agar penanganannya bisa cepat dilakukan dan memberikan kesempatan si penderita agar bisa semangat dalam mengisi hidupnya.