Hari Kartini
Sosok Kartini di Mata Erwinia Charita
Dialah Erwinia Charita, istri dari Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumsel Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
TRIBUNSUMSEL.COM-DIBALUT busana kaftan berwarna putih, perempuan muda bertubuh semampai menyambut ramah Tribun saat masuk ke ruang tamu di kediamannya Kompleks Pakri No 1 Palembang.
Penampilannya semakin anggun dengan tata rambut digelung ke belakang.
Dialah Erwinia Charita, istri dari Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumsel Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
Winny sejak beberapa bulan lalu menjadi wong Sumsel sejak sang suami ditugaskan sebagai Kapolda wilayah Sumsel.
Selain disibukkan sebagai Ketua Bhayangkari, perempuan kelahiran Jember, Jawa Timur 23 Maret 1985 ini juga menikmati perannya sebagai ibu, merawat buah hati yang baru berusia enam bulan, Ganiya Afsheen Jenitra, serta kegiatan lainnya.
"Anak saya empat nih. Ada di Jakarta dan Semarang, dan di Palembang jadi saya memang harus bolak-balik, dinikmati aja," kata mantan jurnalis dan presenter TV One ini.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini, berikut kutipan wawancara wartawan Tribun Sumsel, Lisma Noviyani, Vanda Rosetiati dan M Ardiansyah bersama fotografer Tribun, MA Fajri dengan Winny, seputar kesehariannya dan pandangannya tentang perempuan Indonesia.
TS: Selamat Hari Kartini. Bagi Anda, sosok Kartini itu seperti apa?
Winni: Saya melihat sebelum ada Kartini, perempuan Indonesia seperti (dianggap) secondary person dibanding laki-laki. Perempuan di bawah laki-laki dari sisi pendidikan. Perempuan hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan melayani suami. Setelah ada perjuangan perjuangan Kartini (salah satu pahlawan perempuan Indonesia), akhirnya perempuan Indonesia bisa bangkit, mendapatkan pendidikan yang sama, pekerjaan hak yang sama bisa setara dan sederajat dengan laki-laki.
TS: Gambaran perempuan itu, menurut Anda?
Winni: Bagi saya anugerah terindah dilahirkan sebagai perempuan, kodrat sejak sejak lahir. Bersyukur menjadi perempuan, dilahirkan dari rahim seorang ibu.
TS: Bisa diceritakan bagaimana masa kecil anda hingga akhirnya sempat menjalani profesi jurnalis.
Winny: Saya lahir dan besar di Jember sampai menempuh pendidikan SMA. Lalu kuliah di Universitas Airlangga di Surabaya, mengambil jurusan Ekonomi Manajemen.
Sambil kuliah saya mencari pekerjaan melamar di Jawa Pos, diterimalah sebagai jurnalis, lumayan lama 1,5 tahun. Setelah lulus saya hijrah ke Jakarta, diterima sebagai reporter TV One, itu tahun 2009 sampai 2015.
===
TS: Kenapa memilih jurnalis, profesi yang sangat menantang bagi perempuan?
Winny: Ya namanya sudah suka dengan dunia jurnalis terutama broadcasting, saya sangat menikmati. Saya biasa tu, siaran shift pagi. Standby on call 24 jam kalau ada peristiwa.
Dunia wartawan itu menyenangkan sekali. Kita bisa kenal dari lapisan bawah sampai atas, membangun networking cukup luas. Pertemanan cukup baik, dengan narasumber bisa tukar menukar informasi dan juga sosialisasi. Terakhir saya sebagai presenter dan asisten produser di TV One.
TS: Ketemu sama Bapak (Kapolda), dengar-dengar juga karena liputan?
Winny: Haha...iya (kali ini Winni senyum simpul). Ketemunya di Korlantas, karena si Mas sebagai Ka Korlantas waktu itu. Ketemunya tahun 2012. Kami pacaran tiga tahun akhirnya menikah di tahun 2015.
TS: Setelah menikah, otomatis dunia jurnalis ditinggalkan. Ada pergolakan batinkah ketika itu?
Winny: Ya, di awal-awal sih ada. Jadi kalau nonton TV ada peristiwa besar, dalam hati saya, mestinya saya ada di sana. Ada rasa kangenlah, sampai sekarang malah. Tapi kehidupan harus dijalani. Saya menikmati peran saya sekarang.
=====
TS: Sesibuk apa sebagai ibu Bhayangkari, dan bagaimana Anda masuk di dunia yang baru ini?
Winni: Di Bhayangkari (tiba-tiba Winni berhenti, saat melihat suaminya tampil di TV. "Lho kok ada di TV," katanya. Winni pun spontan berdiri dan sedikit berlari ke arah kamar. "Mas, ada di TV. Net TV," katanya.
Winni pun kembali duduk.) Maaf ya apa tadi? Bhayangkari. Ya saya memang harus menyesuaikan. Sebagai anggota Bhayangkari sebenarnya cukup sibuk karena banyak kegiatan terutama kegiatan sosial. Di organisasi Bhayangkari repot juga, tetapi repotnya tidak setiap hari. Banyak hal yang harus dilakukan sebagai anggota Bhayangkari. Alhamdulillah, anggota Bhayangkari pintar-pintar dan punya pengalaman di organisasi dan ini sangat membantu saya.
Memang saya yang harus banyak menyesuaikan. Saya lebih banyak bertemu dengan istri anggota yang lebih tua dari saya dan kepada mereka saya banyak belajar.
-===
TS: Waktu ketemu bapak, boleh tahu kepincutnya karena apa? Senyumnya mungkin?
Winni: Ah, enggak (sambil tersipu malu). Saya suka sama bapak itu karena ramahnya, dan sikapnya yang manis terutama kalau ketemu keluarga.
TS: Bapak suka marah-marah gak ? Terutama kalau sedang dicari-cari wartawan untuk konfirmasi?
Winni: Kalau marah enggak ya. Tapi kalau tegas iya. Bapak itu tegas. Kalau dikonfirmasi bapak jawabnya cepat lho. Bukan karena saya mantan jurnalis. Tapi dari dulu pun, kalau saya mau konfirmasinya cepat.
TS: Sosok Kartini masa kini menurut Anda?
Winny: Kartini sekarang harus mandiri secara pribadi dan finansial. Selain itu juga harus bisa melaksanakan kodrat sebagai perempuan. Udah itu saja.
TS: Masih adakah cita-cita yang belum kesampaian?
Winni: Kalau mau sekolah lagi, nggak ya. Kalau dulu sebenernya saya pengen jadi pengusaha. Tapi karena sudah terlanjur cinta dengan broadcasting, jadinya gak kesampaian. Sekarang saya ingin bikin buku. Semacam biografi begitu. Pengalaman saya ingin saya tuangkan dalam buku. Nantilah, kalau dibeberkan nanti gak surprise lagi dong, hehe..
----
TS: Dalam rangka hari Kartini, adakah kegiatan digelar?
Winni: Oh ya ada. Kita akan mengadakan seminar tentang kiat mengelola keuangan rumah tangga. Zaman sekarang kan banyak keperluan. Jadi penting bagi istri bhayangkari untuk bisa mengelola keuangannya dengan baik. Kita akan mendatangkan Prita Fauzi pada Selas 25 April nanti.
---
TS: Ini tentang posisi suami Anda yang Kapolda. Bagaimana Anda melihat suami Anda saat berhadapan dengan berita-berita miring.
Winni: Berita-berita miring itukan munculnya karena informasi tidak seimbang. Salah kata atau salah omong bisa dipelintir. (Winni memerlihatkan raut wajah yang serius). Bukan karena media suka memelintir, tetapi karena jurnalis itu sangat jeli dan cermat.
Bapak sangat paham itu, karena itu kalau ada teman-teman media yang mau konfirmasi secepatnya dia jawab sehingga informasinya seimbang.
TS: Mengenai kasus penembakan yang dilakukan anggota polisi di Lubuklinggau, bagaimana komentar Anda dan Anda melihat sikap suami.
Winni. Sebagai istri dan pasangan saya sudah pasti ikut menenangkan. Untuk setingkat posisi suami saat ini, saya yakin Bapak (Kapolda) menyikapinya secara bijak dan tenang. Kecewa pasti ada, karena kok ada anggotanya yang berbuat demikian. (Winni menyampaikan kalimat ini juga dengan nada tenang).
Bapak itu kan orangnya tenang. Bagaimana menjelaskan pada masyarakat. Jika anggota salah tetap harus dijelaskan aturan. Begitu juga pada korban-korban yang jadi sasaran anggota. Saya yakin Bapak mampu memberi penjelasan kepada masyarakat, anggota juga pada keluarga korban. (M Ardiansyah, Vanda R, Lisma N)
Biofile
Nama: Erwinia Charita
Tempat Tanggal Lahir: Jember, Jawa Timur 23 Maret 1985
Suami: Irjen Pol Agung Budi Maryoto
Anak:
1. Gusmara Agra Utama
2. Gusti Adhira Reswara
3. Ghaisani Almira Hanum
4. Ganiya Afsheen Jennitra
Organisasi: Ketua Bhayangkari Sumsel
Hobi: Bersilaturrahmi dan kuliner.