Gajian Tiba, Jangan Terlena dan Habiskan Uang Sekejab Sisihkan Untuk Investasi
Kepastian adanya saldo di rekening tabungan dapat membuat segala perencanaan yang dibuat seakan-akan bakal menjumpai wujudnya.
TRIBUNSUMSEL.COM - Siapa yang tak senang hatinya saat hari gajian tiba.
Bagi kebanyakan pegawai, hari gajian adalah hari paling dinanti.
Bayangan untuk membeli berbagai kebutuhan yang diinginkan sudah memenuhi pelupuk mata.
Tak cuma itu, segepok duit di tangan baik dari gaji maupun bonus pekerjaan selalu punya kesan adanya jaminan bahwa segala urusan yang menghadang bisa tuntas.
Pikiran dan hati bisa tenang kalau saldo masih lumayan banyak.
"Ketenangan pikiran berasal dari Saldo di rekening," begitu kicauan perencana keuangan Safir Senduk pada akun Twitter-nya.
Buah pikiran Safir Senduk bisa jadi ada benarnya.
Kepastian adanya saldo di rekening tabungan dapat membuat segala perencanaan yang dibuat seakan-akan bakal menjumpai wujudnya.
Kendati demikian, harus pula diingat, seluruh uang yang ada di rekening mestinya tak habis begitu saja.
Artinya, seluruh dana itu tidak semata-mata tergerus oleh kebutuhan konsumtif atau kewajiban membayar berbagai tagihan.
Harus ada dana yang disisihkan untuk membiakkan uang demi masa depan.
Pertanyaan yang mengemuka sekarang, lantas bagaimana caranya?
Kembali ke amplop
Sebelum teknologi belum berkembang seperti sekarang, amplop punya peran penting dalam mengelola keuangan.
Kala itu, terlebih di era sekitar 40 tahun lalu, setiap satu bulan sekali amplop digunakan sebagai "kantung" untuk menempatkan bagian-bagian uang yang akan digunakan, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun investasi.
Bagian-bagian itu diatur berdasarkan prioritas dan keperluan berdasarkan jangka waktu.
Misalnya, bedakan antara kebutuhan belanja bulanan pengeluaran tahunan dan investasi jangka panjang.

Aidil bahkan memberikan gambaran pembagian amplop dan besaran bagian masing-masing.
Setelah mengisi amplop pertama, sekarang mulailah mengisi amplop kedua. Amplop ini digunakan untuk alokasi dana pengeluaran tahunan seperti pembayaran pajak, asuransi, dan simpanan dana darurat.
Setelah kedua amplop terisi, waktunya mengisi yang terakhir.
Meski demikian, aturan mengenai besaran uang yang diisi dalam amplop tidaklah kaku.
Mari sedikit membuat perhitungan di atas kertas.
Sedikit catatan yang mengemuka dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksa dana lebih sering dianjurkan untuk dijadikan instrumen investasi.
Kendati demikian, pilihan instrumen itu akan kembali kepada investor. Sebagai pemilik dana, investor mesti paham betul soal risiko yang bakal muncul atas pilihan yang sudah ditetapkan.
Prinsipnya, investasi sebaiknya diperlakukan seperti nasihat lawas soal telur dan keranjang.
Upaya ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari risiko yang boleh jadi menimpa seseorang saat berinvestasi.

Secara ringkas, situs web tersebut menyebutkan ada tiga hal yang mesti diperhatikan soal prinsip kehati-hatian.
Kedua, selalu mengecek tingkat kepercayaan khalayak terhadap perusahaan yang dipercaya mampu mengembangkan dana investor.
Ketiga, mulailah dengan batas minimal investasi.
Meski kerap disarankan sebagai langkah awal memulai investasi, reksa dana sekalipun tetap butuh kesabaran dan kemauan untuk terus menambah pengetahuan para investor, agar imbal hasil yang besar bukan hanya angan-angan.
Berani memulai investasi biar gaji tak hanya untuk kebutuhan hari ini?
Penulis: Josephus Primus/Kompas.com