Citizen Journalism

Pulau Kemaro Menyimpan Sejarah Heroik Kesultan Palembang Menghadapi Inggris dan Belanda

Namun, dari berbagai nama itu ada dua pulau yang terkait dengan sejarah heroik Kesultanan Palembang yaitu Pulau Borang dan Pulau Kemaro.

Editor: Hartati
TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
CAP GO MEH - Ribuan masyarakat keturunan tionghoa memadati Pulau Kemaro untuk memperingati sekaligus melakukan ritual sembahyang pada malam puncak perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, Jumat (22/2/2013). Masyarakat yang datang ke Pulau Kemaro bukan hanya warga keturunan tionghoa saja yang akan melaksanakan ibadah saja, tapi juga semua masyarakat Palembang bahkan masyarakat luar kota pun datang ke Pulau Kemaro. 

Sementara itu, jalur Sungai Musi yang memisahkan benteng-benteng tersebut, ditancapkan tiang-tiang pancang atau tonggak-tonggak kayu dengan kedalaman lebih dari 24 meter.

Masing-masing tonggak terkait satu sama lain, dan diikatkan pada kayu besar.

Di tengahnya berdiri pula benteng yang lain, dengan tambahan empat meriam mengapung.

Dengan demikian, maka pintu masuk ke pusat kerajaan jadi tertutup. Sebuah strategi yang sangat jitu, dan bagai kemustahilan jika dilihat dari kacamata saat ini.

Pertahanan induk di Pulau Kemaro dengan berbagai pertahanan lainnya, mulai dari Sungsang hingga keraton, menjadi pertahanan kuat yang pada pelaksanaan perang kedua (Oktober 1819).

Pertahanan ini membawa kemenangan bagi Palembang, yang dengan gigih perang melawan Belanda yang ketika itu dipimpin oleh Laksamana Wolterbeek.

Pelaksanaan perang diawali dengan hadirnya beberapa kapal perang dan kapal pengangkut milik Belanda (Tromp, Arinus, Marinus, Irene, Wilhelmina, Ajax, Admiral Buykes, Waterbik, Hendriette Betthy, Blucher, Eendracht) di Sungsang pada September 1819.

Kondisi alam menyebabkan mereka baru bisa mendekati Borang setelah perjalanan selama 24 hari.

Perjalanan dilanjutkan, dan disambut dengan perang di Pulau Keramat.

Dalam peperangan ini pihak musuh mengalami kerugian dengan lima terbunuh, dan tujuh terluka.

Meskipun demikian, Belanda terus masuk lebih ke dalam Sungai Musi, dan kembali terjadi peperangan di benteng Pulau Salanama dengan memakan banyak korban dari pihak musuh.

Berbagai kerugian tersebut tidak mengurungkan niat mereka terus merangsek menuju keraton Kuto Besak.

Perjuangan yang berat membawa mereka mendekati benteng terkuat yaitu Pulau Kemaro.

Perang berhadap-hadapan tak terelakkan. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan armadanya, Belanda menyerang benteng Pulau Kemaro, namun upaya itu tidak berhasil, malah kerugian besar yang mereka derita, dengan terbunuhnya 24 orang serdadu dan 96 orang orang terluka.

Upaya mereka terakhir dengan melepaskan sebanyak 120 tembakkan ke arah Kemaro tetap tidak mampu melumpuhkan benteng terbesar dan terkuat tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved