Citizen Journalism
Pulau Kemaro Menyimpan Sejarah Heroik Kesultan Palembang Menghadapi Inggris dan Belanda
Namun, dari berbagai nama itu ada dua pulau yang terkait dengan sejarah heroik Kesultanan Palembang yaitu Pulau Borang dan Pulau Kemaro.
PALEMBANG - Bagi Kota Palembang yang berada cukup jauh dari pesisir laut, dan di pantai timur Sumatera
Selatan hanya dihadapkan dengan Pulau Bangka, maka kata “pulau” memiliki makna tersendiri.
Terdapat beberapa pulau dari Kota Palembang hingga ke muara, diantaranya adalah Pulau Kemaro, Pulau Salanama, Pulau Keramat, Pulau Borang, Pulau Anyar, Pulau Payung dan lainnya.
Namun, dari berbagai nama itu ada dua pulau yang terkait dengan sejarah heroik Kesultanan Palembang yaitu Pulau Borang dan Pulau Kemaro.
Borang dikaitkan dengan pusat pertahanan Kesultanan Palembang saat menghadapi ekspedisi Inggris tahun 1812, sedangkan Pulau Kemaro punya nilai “lebih”.
Kelebihan tersebut disebabkan di pulau inilah benteng terkuat dan terakhir yang dimiliki oleh Sultan terakhir yang berdaulat Sultan mahmud Badaruddin II.
Seorang sultan yang sangat kaya di antara sultan-sultan Melayu yang ada saat itu.
Sebagaimana dinyatakan Raffles, wakil Inggris yang berkedudukan di Penang sebelum penaklukan Batavia tahun 1811.
Nama Kemaro disebut juga Gombora atau Kembara, posisinya sangat strategis dan berada paling dekat dengan pusat pemerintahan Palembang. Hingga tahun tujuh puluhan, perairan khususnya Sungai Musi tetap menjadi jalur transportasi utama, apalagi jika dikaitkan dengan alur Palembang menuju muara yaitu Sungsang.
Semua kapal dan perahu yang berhubungan dengan Palembang via sungai, maka Pulau kemaro merupakan pulau terakhir yang harus dilalui sebelum tiba di ibu kota Palembang.
Posisi inilah yang membuat Pulau Kemaro menjadi begitu penting bagi pertahanan Palembang.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, yaitu kegagalan mempertahankan Palembang dengan menempatkan pertahanan di pulau besar terluar yaitu Pulau Borang.
Dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya, membawa kekalahan bagi Kesultanan Palembang dalam menghadapi ekspedisi Inggris tahun 1812.
Belajar dari pengalaman tersebut, maka dalam upaya mempertahankan eksistensinya Sultan memilih membangun pusat pertahanan di ujung Pulau Kemaro, dengan nama “benteng Pulau Kemaro”.
Benteng ini merupakan benteng terakhir dan terkuat dalam perang melawan Belanda.