Harga Minyak Mentah WTI Turun Tajam
Diantaranya persediaan mingguan minyak US yang terus bertambah 14.4 juta barel, yang merupakan persediaan tertinggi di tahun 2016.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Kharisma Tri Saputra
Laporan wartawan TribunSumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sepanjang minggu ini harga Minyak Mentah West Texas Intermediate (WTI) didominasi oleh penurunan yaitu -8.20 persen atau 4.0 USD per barrel, melanjutkan pelemahan minggu lalu sejak 20 Oktober 2016, sebesar -4.80 persen atau 2.4 USD per barrel.
Head Research and Education PT.Interpan Pasifik Futures, Ihda Agus Kurniawan, S.Sos, Sabtu (5/11/2016) mengatakan, penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
Diantaranya persediaan mingguan minyak US yang terus bertambah 14.4 juta barel, yang merupakan persediaan tertinggi di tahun 2016.
Kemudian beberapa negara pengekspor minyak utama dunia terus memompakan produksinya untuk menutupi anggaran belanja mereka ditengah usaha pembatasan produksi dari OPEC yang akan bertemu pada tanggal 30 November 2016 ini.
Sampai kini, harga komoditas papan atas ini terus melemah mendekati harga terendah bulan September 2016 yaitu 43.38 USD.
Para pelaku pasar terus memantau negosiasi yang dilakukan oleh Saudi Arabia dan Rusia ke beberapa negara OPEC lainnya demi menyeimbangkan harga minyak di akhir tahun ini.
Ia pun menganalisa bahwa harga minyak mentah terus mengalami tekanan dan turun cukup signifikan dari 52 USD (September) ke 44 USD di awal November.
Situasi ini masih berpotensi berlanjut ke kisaran support terdekat di angka 43 USD yang juga merupakan titik support kuat.
Jika mampu menembus level tersebut maka akan berpotensi jatuh ke kisaran 40 USD per barrel.
Namun jika harga gagal menembus level 43 USD dan berbalik ke atas maka target kenaikannya ke kisaran 47 USD, hal ini didukung oleh kondisi oversold pada indikator RSI yang telah menyentuh level 30 atau jenuh jual.
jika mampu menembus 47 USD maka harga akan bergerak naik ke kisaran 52 USD kembali.