Pertamina Larang Kios Pengecer Jual BBM Subsidi
Pertamina MOR II Sumbagsel akan melarang pengecer untuk menjual BBM subsidi
Penulis: Arief Basuki Rohekan |
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Arief Basuki Rohekan
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG--PT Pertamina dilema menghadapi kios pengecer bahan bakar minyak (BBM), yang menjual dengan tidak standar safety-nya, termasuk Pertamini yang jumlahnya semakin menjamur.
Pada satu sisi, karena kemiripan nama dan warna Pertamini sering kali dianggap terkait pertamina. Namun pada sisi lain kios yang biasanya berada dipinggir jalan dan di daerah terpencil itu dianggap membantu masyarakat.
Menghadapi hal tersebut, Pertamina MOR II Sumbagsel akan melarang pengecer untuk menjual BBM subsidi. Namun, jika BBM non subsidi tidak dipermasalahkan.
"Soal pengecer sudah kita berikan arahan, boleh mengecer tapi untuk minyak yang tidak subsidi, dan sudah kita buat surat edaran. Jadi pengecer boleh beli petamax, pertalite, atau pertadex (pertamax series). Dengan catatan beli di SPBU jika tidak ada antrean,"kata GM PT Pertamina MOR II Sumbagsel, Herman M Zaini.
Selain itu, jikapun hendak membeli maupun menjualnya, masyarakat tersebut harus menggunakan jerigen standar keamanan, bukan yang mudah rusak atau terbakar.
"Jadi kita larang pembelian premium atau solar, karena BBM subsidi. Cuma kadang-kadang kita tidak mengawasi, sebab terkadang pembeli mengakalinya dengan mengisi disepeda motor secara banyak, lalu menyedotnya dan dilakukan secara berulang-ulang,"capnya.
Maka dari itu, pihaknya meminta kepada pihak SPBU untuk mengawasi pembelian seperti itu, jika nanti dalam pengawasan, SPBU ada yang menjualnya secara bebas dan dianggap merugikan konsumen lain, jelas akan ada sanksi dari pihaknya.
"Palig ditegur dululah pemiliknya, karena rawan kebakaran dan rugi di pemilik SPBU itu sendiri. Tapi namanya kadang-kadang hal-hal kecil kedekatan operator terhadap yang beli bisa dilakukan, dan ditolak akan ribut,"bebernya.
Menurutnya untuk pengecer termasuk Pertamini selama ini dianggap bermasalah karena beberapa sebab. Di diantaranya, tidak punya badan hukum, tidak mengantongi izin niaga, rentan menipu takaran, dan tingkat standar keamanannya belum jelas.
Pihaknya memastikan, meskipun namanya Pertamini, hal itu tidak ada hubungannya dengan Pertamina. Meski begitu, BBM yang dijual Pertamini dibeli dari SPBU Pertamina lalu dijual eceran dengan harga lebih mahal.
Konsumen sepertinya tidak keberatan membeli BBM walau harganya beda Rp 500 – Rp 2.000, pasalnya kios Pertamini lebih mudah dijangkau daripada harus ke SPBU.
"Tegur sajalah, kalau ditutup nanti masyarakat yang akan rugi,"tuturnya.
Dalam mencari jalan keluar atau solusi penyelesaian tersebut, Pertamina dalam waktu dekat akan membuka SPBU khusus sepeda motor dibeberapa titik yang dianggap belum terdistribusi BBM.