Praktik Toleransi Beragama Ada di Gereja dan Masjid Ini

Masyarakat sekitar sudah terbiasa menghargai perbedaan sejak dahulu. Masyarakat selama ini tidak mempermasalahkan dua tempat ibadah berdekatan.

Editor: M. Syah Beni
TribunSolo.com/Labib Zamani
Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa Joyoningratan. Selama ini umat Islam dan Kristen selalu akur dan saling menghormati. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani

TRIBUNSUMSEL.COM, SOLO – Dua bangunan yang berdampingan yang tampak dalam foto di atas merupakan Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa Joyoningratan.

Kedua tempat beribadah ini berada di Jalan Gatot Subroto, Kratonan, Serengan, Surakarta, Jawa Tengah. Lokasinya sekitar 40 meter sebelah utara perempatan Sraten di barat jalan.

Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Nasyir Abu Bakar, menjelaskan masjid ini dibangun pada 2003 dan diresmikan pada 2005.

Meski Masjid Al Hikmah bersebelahan dengan Gereja Kristen Jawa Joyoningratan, kedua jemaah selalu akur, saling menghormati ibadah masing-masing.

Masyarakat sekitar sudah terbiasa menghargai perbedaan sejak dahulu. Masyarakat selama ini tidak mempermasalahkan dua tempat ibadah berdekatan.

"Kita bisa rukun karena kita saling menghormati, saling menghargai dan saling memahami dalam perbedaan itulah toeransi yang sebenarnya,” kata dia kepada TribunSolo.com akhir Mei 2016 lalu.

“Bukan hanya toleransi yang hanya diucapkan saja namun perbuatannya tidak bisa,” tambah dia.

Selama Ramadan, kegiatan rutin di Masjid Al Hikmah tidak berbeda dari hari-hari biasa seperti salat lima waktu, buka bersama, dan pembagian takjil sebelum Magrib. Lalu dilanjutkan salat Tarawih sampai pukul 22.00 WIB.

Salat subuh pun tidak menimbulkan persoalan dengan kebaktian gereja pagi hari. Nasyir mengatakan pihak gereja tidak mempermasalahkan kegiatan ibadah salat Subuh.

Salat subuh selesai pukul 05.00 WIB, sedangkan pihak gereja memulai kebaktian setelah pukul 05.00 WIB. Hal menarik kala Lebaran jatuh pada Minggu.

Pada saat itu salat Id berbarengan dengan kebaktian gereja namun pihak gereja dengan memundurkan waktu kebaktian menjadi pukul 10.00 WIB.

“Kita jam lima mulai (salat Id), apa jadinya? Gereja mengundurkan waktunya ke pukul 10.00 WIB untuk menghormati kita sebagai Muslim yang merayakan Lebaran," ujar dia.

"Itulah toleransi,” Nasyir mencontohkan.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved