Harga Daging Meroket
Pemerintah Diminta Selidiki Pola Penjualan Daging
Pertama, tahap produksi yang berasal langsung dari peternak. Kemudian, distribusi dari peternak ke pedagang pasar dan sampai ke konsumen.
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Enny Sri Hartati meminta pemerintah untuk menyelidiki pola penjualan daging sapi.
Menurutnya, harga daging sapi yang setiap tahun melambung tinggi sebelum hari raya keagamaan, patut dicurigai.
"Pemerintah harus serius membuka kenapa ini bisa terus terjadi. Bukan sekali dua kali. Tapi hampir tiap tahun," ujarnya saat diskusi di Kawasan Gambir, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Enny menjelaskan, dalam mekanisme penjualan daging sapi hingga sampai ke tangan konsumen, ada beberapa tahap.
Pertama, tahap produksi yang berasal langsung dari peternak. Kemudian, distribusi dari peternak ke pedagang pasar dan sampai ke konsumen.
Dari tahap-tahap tersebut, pemerintah akan mengetahui apa kesulitan dan di titik mana yang mengambil keuntungan yang paling besar.
"Ya kalau memang distribusi itu sulit dan medannya susah ditempuh, tidak masalah kalau harganya tinggi. Tapi kalau tidak, ini kan bisa di kroscek lagi," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV, Viva Yoga Mauladi menyatakan bahwa pengusutan harus dilakukan, jika perlu melibatkan penegak hukum.
"Kalau pemerintah ngomong ada kartel, ya ungkap kartelnya. Jangan berlarut-larut sampai tahun depan lagi, depannya lagi. Tidak akan selesai seperti ini terus," tegasnya.
Dia mengaku pernah melakukan kunjungan ke peternak sapi di beberapa wilayah dan mengungkapkan bahwa daging sapi per satu kilogram hanya dihargai sebesar Rp 30 ribu. Namun, berbeda di pedagang yang mencapai Rp 130 ribu.
"Di Aceh itu bahkan sampai Rp 190 ribu. Selisih Rp 160 ribu ini kemana larinya? Ini harus jelas," kata Viva.