Pelaku Pembunuh Mahasiswi UGM Mengaku Kepepet Tak Punya Uang, Begini Reaksi Keluarga Korban

Yusni mendengar langsung tertangkapnya pelaku dari anggota Polresta Yogyakarta.

Editor: M. Syah Beni
KOMPAS.com / Wijaya Kusuma
Kepala Program Studi Geofisika FMIPA UGM, Siswanto (lbaju lengan panjang warna biru mengenakan kacamata) saat berada di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta untuk menyampaikan turut berbela sungkawa kepada Ibu Alm Feby Kurnia, Nurcahaya Ningsih (48) (menggunakan jilbab warna hitam) 

TRIBUNSUMSEL.COM- Yusni, ayah Feby Kurnia, mahasiswi UGM yang ditemukan tewas di toilet kampus, mengaku lega mendengar pembunuh putrinya tertangkap.

Yusni mendengar langsung tertangkapnya pelaku dari anggota Polresta Yogyakarta.

"Bapak sudah tahu soal penangkapan pria yang diduga sebagai pelaku. Bapak sedikit lega pelakunya sudah ditangkap," kata Fredi, kerabat korban di rumahnya, Selasa (3/5/2016).

Fredi mengatakan, ayah Feby dan keluarga besarnya mengucapkan terima kasih atas kinerja aparat kepolisian yang sudah mengungkap siapa pembunuh anaknya.

"Bapak juga tadi bilang lega dan berterima kasih kepada polisi di sana yang dengan cepat langsung menangkap," imbuh Fredi.

Eko Agus (26), warga Wonokromo, Pleret, Kabupaten Bantul, ditangkap, Selasa (3/4/2016) sekitar pukul 16.45 WIB. Dia mengaku telah membunuh Feby Kurnia Siregar, mahasiswi semester dua MIPA UGM yang ditemukan tewas di toilet kampus.

Anggota Polres Sleman menangkap pelaku di pinggir jalan di depan rumahnya di Wonokromo, Pleret, Kabupaten Bantul, Selasa (3/4/2016) sekitar pukul 16.45 WIB.

Eko mengakui sempat membalas pesan pendek Nurcahaya Ningsih, ibunda korban, menggunakan ponsel Feby yang telah dibunuhnya.

Bahkan, Eko sempat mengangkat telepon dari ibunda korban yang masuk ke ponsel Feby itu. Pelaku mengakui nekat mencekik dan membunuh korban karena kepepet tidak punya uang.

Selama hidupnya, Feby dikenal sebagai pelajar berprestasi. Ia tercatat sebagai siswa SDN 3 Sekupang, SMPN 6 Batam, sekolah favorit di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Pesan janggal

Kematian Feby begitu membekas di benak Nurcahaya. Ia merasa janggal dengan pesan pendek yang dikirim dari nomor ponsel Feby.

Bahasa yang digunakan di pesan singkat itu terasa asing. "Bahasa yang digunakan tak biasa dipakai anak saya," kata Nurcahaya kepada Tribun Jogja, Selasa (3/5/2016).

Nurcahaya menerima pesan singkat terakhir dari ponsel Feby pada Jumat (29/4/2016), bertepatan keluarga di rumah mendapatkan kabar dari penjaga kos bahwa Feby tidak pulang.

Kejanggalan pesan singkat itu terlihat dari pilihan kata Feby yang menyebut dirinya "by", biasanya Feby tak menuliskan kata seperti itu.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved