Pelajar Paling Mudah "Diracuni" Paham Radikal

Ketua PW NU Provinsi Sumsel, Amri Siregar mengungkapkan, ajaran Islam sangat menentang kekerasan dan mengutamakan ajaran akhlak.

TRIBUNSUMSEL.COM/ARIEF B ROHEKAN
Seminar deradikalisasi di kalangan mahasiswa dan pelajar yang digelar LIPPB, Kamis (4/1/2016) di Swarna Dwipa Palembang. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG --- Kalangan pelajar ternyata paling mudah "diracuni" paham-paham radikal dan sesat. Hal itu terungkap dalam seminar deradikalisasi dikalangan mahasiswa dan pelajar yang digelar LIPPB, Kamis (4/1/2016) di Swarna Dwipa Palembang.

Menurut Kasubdit Keamanan Negara Polda Sumsel, AKBP Basani Sagala, pelajar SMU sangat potensi dan ikut paham radikal, yang ada. Dikarenakan masih rendahnya pemahaman mereka terhadap ajaran dan aliran tersebut.

“Selain pelajar, mahasiswa juga rentan, apalagi mereka yang masih sangat kurang pemahamannya,”kata Basani

Diterang perwira dengan melati dua dipundak tersebut, kurangnya pemahaman agama justru sangat berbahaya, yang turut serta memicu berkembangnya aliran radikal di Indonesia.

Pemahaman intelektual, kata dia, sangat penting di lakukan para pelajar dan mahasiswa, dengan melakukan penggalian pemahaman akidah serta pentingnya penanaman nilai Pancasila dalam kehidupan.

“Kenyataannya mereka yang ikut aliran itu kebanyakan pelajar SMU dan beberapa diantaranya mahasiswa. Tugas kita bersama untuk membawa mereka kejalan yang benar,” tandasnya.

Hal senada dikatakan ketua PW NU Provinsi Sumsel, Amri Siregar mengungkapkan, ajaran Islam sangat menentang kekerasan dan mengutamakan ajaran akhlak. Ajaran dan paham yang ada saat ini, seperti Gafatar, telah jauh dari ajaran Islam.

“Demikian juga dengan jihad, dalam Islam jihad itu tidak selamanya peperangan, tetapi dalam banyak hal umat muslim dapat berjihad. Seperti berdakwah,menuntut ilmu, dan berbakti pada orang tua juga termasuk jihad,”kata dia.

Perwakilan Kodam II Sriwijaya, Mayor Inf Seprianizar menambahkan, berkembangnya aliran paham radikalisme di Indonesia terjadi, akibat meningkatnya jumlah masyarakat dunia.

Dan saat ini ada upaya untuk mengurangi jumlah manusia, dengan cara membuat konflik lewat aksi terorisme dan paham radikal, terhadap masyarakat dunia ketiga.

“Ini yang perlu di waspadai. Dalam TNI terdapat tiga hal yang dikatakan radikal, yakni radikal agama, komunis, dan lainnya. Nah, yang lainnya ini adalah paham radikal seperti halnya Gafatar,” pungkas Sapriyansah yang sekarang menjabat Dandeniteldam II Sriwijaya ini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved