Alergi WiFi, Gadis Ini Ditemukan Tewas

Seperti dilaporkan Mirror, tubuh perempuan 15 tahun ini terlihat menggantung di pohon di dekat rumahnya di Brooke Woods, Cadlington, Oxon, Inggris,

Mirror/Intisari
Jenny, gadis yang alergi WiFi. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Alergi debu, lumrah. Alergi makanan, juga lumrah.

Tapi, bagaimana dengan alergi WiFi?

Seorang siswa bernama Jenny Fry ditemukan tewas setelah menderita alergi WiFi. Dalam bahasa medisnya gangguan ini disebut elektro hipersensitivitas (EHS).

Jenny mengeluh kelelahan konsisten, sakit kepala, dan bermasalah dengan kandung kemihnya akibat gangguan ini.

Seperti dilaporkan Mirror, tubuh perempuan 15 tahun ini terlihat menggantung di pohon di dekat rumahnya di Brooke Woods, Cadlington, Oxon, Inggris, pada 11 Juni 2015 lalu.

Orangtua Jenny sudah membuang WiFi mereka, tapi gadis kecil itu masih menderita gejala setiap kali datang ke sekolahnya di Chipping Norton, Oxon.

“Jenny semakin sakit, begitu juga saya. Saya melalukan penyelidikan dan menemukan betapa berbahayanya WiFi, sehingga saya membuangnya ke luar rumah,” ujar ibunya, Debra.

“Jenny dan saya baik-baik saja ketika di rumah, tapi ia terus menderita ketika berada di sekolah dan tempat-tempat lain (yang ada sinyal WiFi).”

Sebelum ditemukan tewas, ia sempat mengirim pesan pendek ke temannya pada pukul 09.30 waktu setempat, mengatakan bahwa dirinya tidak masuk sekolah hari itu.

Kemudian pada 10.05, ia mengirim pesan lagi, memberi tahu maksud yang sama.

“Ia sering mendapat hukuman, bukan karena ia nakal, tapi karena sering keluar kelas untuk mencari tempat di mana ia bisa bekerja, yang jauh dari Wifi. Ia mengerjakan tugas sekolah dengan baik,” tambah ibunya.

Debra datang ke sekolahnya, dan menginformasikan kepada para guru bahwa putrinya menderita alergi WiFi.

Tapi kepala sekolah, Simon Duffy, menyebut, secara umum, WiFi aman.

Percakapan menjadi semakin panas ketika Debra menyebut putrinya tidak seharusnya mendapat hukuman.

Saat ini, Debra dan Charles, suaminya, tengah membuat aksi menghapus WiFi dari sekolah-sekolah dan fasilitas anak-anak lainnya.

Mereka mendesak supaya pemerintah benar-benar menyikapi persoalan EHS dengan serius.

“Saya tidak antiteknologi sama sekali, tapi menurut saya, sekolah harus sadar bahwa beberapa anak-anak sangat sensitif terhadapnya,” Debra berargumen.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved