Mengharukan, Demi Rawat Ibu yang Sakit, Idham Masuk Sekolah Cuma Tiga Kali Seminggu
Sejak ibunya sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit membuat dirinya tak fokus belajar di sekolah. Dalam satu minggu, ia hanya masuk kelas tiga
TRIBUNSUMSEL.COM - Enam bulan ibunya koma dan selama itu jugalah seorang remaja dari Desa Pangkalan Batu, Malaysia setia menjaga wanita yang telah melahirkannya.
Meskipun harus mengorbankan waktu belajarnya di sekolah.
Dilansir Hmetro, Sabtu (22/11/2015), Mohamad Idham Mohd Nor (16) tercatat sebagai pelajar tingkatan empat Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Perempuan Pasir Mas.
Sejak ibunya sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit membuat dirinya tak fokus belajar di sekolah.
Dalam satu minggu, ia hanya masuk kelas tiga hari.
Baginya, dia memiliki tanggung jawab lebih besar daripada memenuhi tuntutan tersebut
Yaitu menjaga ibunya yang kini terbaring sakit dan membutuhkan perhatian.
Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Idham juga bertindak sebagai kepala keluarga.
Dan mengambil alih tugas ibunya, Zabidah Mat Hasshim (53) yang sudah bercerai dengan ayahnya sejak 10 tahun lalu.
"Tak mungkin saya abaikan Ma (panggilan untuk ibu). Kami tidak mau kehilangan ma, Oleh karena itu saya akan jaga MA sampai sembuh,"
"Saya dan adik, Zanatul Nor Afini (11) sudah sangat rindu berkumpul beersama Ma, semoga Ma segera sembuh."
"Ma sudah merasa sakit sejak beberapa hari sebelum bulan puasa tahun lalu, dia sesak nafas dan tak beberapa lama jatuh pingsan,"ujar Idham.
Idham menurutkan, ibunya mengidap penyakit asma dan mulai memburuk pada bukan Mei lalu.
Ibunya sempat di umah sakit setempat.
Namun, karena kondisinya kian memburuk langsung dirujuk ke Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II), Kota Bharu.
Namun, selama satu bulan dirawat, Ibunya tidak menunjukkan perkembangan positif, sehingga menyebabkan keluarganya memutuskan membawanya pulang ke rumah.
Sejak itu, katanya, dia bergantian dengan paman, Amran Mat Hasshim (51) yang merupakan adik bungsu ibunya untuk menjaga dan merawatnya.
"Paman bekerja di pabrik roti di dekat rumah. Ketika dia bekerja, saya melewatkan sekolah untuk jaga Ma. Hanya ketika dia tidak ke pabrik barulah saya ke sekolah.
"Sebab itulah catatan kehadiran saya hanya tiga hari seminggu. Saya bersyukur karena guru dan pihak sekolah memahami kesulitan kami sekeluarga, "katanya.
"Biarlah saya seorang yang berkorban demi Ma," katanya yang selalu berdoa dan berharap ibunya sadar serta pulih kembali.
Untuk melanjutkan kehidupan, remaja itu mengatakan, mereka mengandalkan bantuan Departemen Kesejahteraan Masyarakat (JKM) RM300 (sekitar Rp 960 ribu) sebulan.
Katanya, uang itu juga dimanfaatkan membeli popok sekali pakai dan susu untuk ibunya berharga RM80 (sekitar Rp 256 ribu) setin.
Sedangkan untuk biaya sekolah, dia hanya menggunakan uang zakat yang diberikan masyarakat setempat selain kontribusi guru.