Kemungkinan El Nino Masih Berlanjut Hingga Februari 2016
“El Nino menyebabkan curah hujan tinggi di Amerika Latin, belahan bumi lainnya terancam kekeringan,”
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Peneliti Center for information and development studies (Cides) Rudi Wahyono, memprediksi arus panas yang El Nino yang akan berakhir November mendatang, ternyata bisa mencapai Februari tahun depan.
Menurut Rudi El Nino 2015 adalah super El Nino, bahkan saat ini sudah mencapai angka tiga derajat celcius.
"Kondisi ini kemungkinan berlangsung hingga Februari 2016,” ujar dia dalam forum grup diskusi ‘Bencana El Nino 2015 dan Ketahanan Pangan Indonesia, Jumat (2/10/2015).
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi dan Geofosika (BMKG), gejala el nino tahun ini diperkirakan mulai reda November mendatang, namun data yang rilis NASA, ESA, NOAA dari hasil pemetaan satelit antariksa terbaru, gejala alami tahunan itu akan berlangsung lebih lama hingga Februari mendatang.
“El Nino menyebabkan curah hujan tinggi di Amerika Latin, belahan bumi lainnya terancam kekeringan,” ungkap Rudi.
Dampaknya ujar dia, berimbas pada terganggunya masalah kesehatan bagi manusia termasuk hingga terganggunya proses pertanian.
“Polutan jika berinteraksi dengan asam sulfat di daun, maka akan sangat berbahaya untuk produksi pertanian, bias mengganggu kesehatan konsumen ketika mengkonsumsi hasil pertanian tersebut,” papar Rudi.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) DWI Andreas Santosa, mengatakan gejolak pangan yang sedang terjadi saat ini, disebabkan kesalahan data dan perkiraan produksi.
“Kebijakan pertanian dan pangan yang tidak didasari fakta lapang yang sesungguhnya serta ancaman kekeringan akibat El Nino,” ujar Andreas.
Guru besar pertanian Institut Pertanian Bogor ini mengatakan berdasarkan data ARAM Juli lalu yang dikeluarkan Kementerian pertanian dan BPS, pemerintah memprediksi jumlah produksi tahun ini naik sebesar 6,64 persen menjadi 75,55 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) dari sebelumnya 70,85 juta ton GKG tahun lalu.
Selain padi, produksi jagung dan kedelai juga meningkat masing-masing sebesar 8,72 persen dan 4,5 persen.
“Ini ada sebuah keheranan kenaikan produksi tiga komoditas ini secara bersamaaan tersebut tidak pernah terjadi belasan tahun terakhir, bahkan angka ramalan tersebut dinyatakan sudah memperhitungkan ancaman kekeringan akibat El Nino,” papar Andreas.
