Kabut Asap Melanda Sumsel

Pasca Kedatangan Jokowi, Titik Api Malah Meningkat di OKI

Pasca kedatangan Presiden RI Jokowi, Minggu (6/7/2015 di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), titik api di daerah pesisir dan dikawasan lahan gambut

TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
TINJAU KEBAKARAN LAHAN - Presiden RI Joko Widodo bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo , Kapolri Jenderal Pol Badarudin Haiti, Menteri PU Basuki Hadimujono dan Gubernur Sumsel Ir Alex Noerdin meninjau langsung titik api di Desa Geronggong, Kecamatan Pedamaran Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Minggu (6/9/2015). Penanggulangan kabut asap akan lebih ditingkatkan. 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG - Pasca kedatangan Presiden RI Jokowi, Minggu (6/7/2015 di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), titik api di daerah pesisir dan dikawasan lahan gambut meningkat drastis dari 113 titik api kini menjadi 209 titik api yang tersebar.

Berdasarkan data dari teramodis 7 September 2015 terdeteksi 209 titik api dengan rincian di Kecamatan Air Sugihan 21 titik, Tulung Selapan 21 titik, Tanjunh Lubuk 7 titik, Cengal 41 titik, Pampangan 53 titik, Mesuji 17, Pedamaran Timur 9 titik, SP Padang 6 titik, Jejawi 2 titik, Kayuagung 2 titik, Lempuing Jaya 2 titik, dan Kecamatan Pangkalan Lampam 12 titik.

Sebelumnya titik api per 1 September berjumlah 113 titik. Kecamatan Pampangan 42 titik, Cengal 24 titik, Mesuji 9 titik, Pedamaran 12 titik, Mesuji 5 titik, Tanjung lubuk 6 titik, Tulung Selapan 11 titik, Kayuagung 3 titik, dan Air Sugihan 1 titik.

Dibeberapa titik api ini, terpantau rata-rata di kawasan lahan gambut dan di hutan lahan perkebunan warga yang memang setiap tahun warga masih terbiasa membuka lahan perkebunan dengan cara membuka lahan dengan membakar.

Selama ini, pemerintah hanya memberikan larangan untuk tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan. Namun, tidak ada solusi yang dilontarkan pemerintah bagaimana cara warga membuka lahan tanpa membakar.

Maka itu, setiap harinya di kawasan perkebunan warga terus menerus terideteksi hotspot yang disebabkan kenakalan manusia akibat pembakaran hutan dan lahan untuk membuka perkebunan.

“Benar pemerintah terus memberikan sosialisasi mengenai larangan pembakaran hutan. Paling tidak pemerintah juga memberikan solusi pengganti cara pembuka lahan tanpa membakar,” kata warga OKI Sawiran, Senin (7/9/2015).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved