Rahmad Darmawan Ingin Persija Usir Rasa Jenuh dengan Terus Berlatih
Pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan, berharap pengelola Macan Kemayoran tidak larut dalam kondisi sepak bola nasional yang sedang stagnan.

TRIBUNSUMSEL.COM - Pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan, berharap pengelola Macan Kemayoran tidak larut dalam kondisi sepak bola nasional yang sedang stagnan. Dia ingin skuad Persija telah berlatih meski dengan porsi yang dikurangi.
Dengan terus berlatih, kata Rahmad, akan membunuh rasa jenuh yang melanda para pemain akibat tidak adanya kompetisi pada musim ini. Baik pelatih maupun pemain tidak bisa lagi mengaktualisasikan diri sebagai pelaku sepak bola.
"Minimal latihan tiga kali dalam seminggu. Ini penting untuk menjaga kebugaran pemain sekaligus menghilangkan kejenuhan dan depresi terhadap situasi konflik petinggi (PSSI dan Kemenpora) kita," kata Rahmad kepada Harian Super Ball.
Namun, sebelum program latihan kembali dijalankan, manajemen Persija diminta lebih dulu memenuhi kewajibannya, yaitu membayarkan hak-hak pemain yang ditunggak sejak awal tahun ini.
Manajemen Persija belum melunasi empat bulan gaji para pemain dan ofisial Macan Kemayoran. Pengelola tim ibu kota baru membayar 30 persen gaji satu bulan.
Renegosiasi kontrak pemain dan manajemen pada pertengahan Mei lalu, hingga kini belum menemui titik temu. Pemain belum menyetujui tawaran gaji sebanyak 25 persen dari nilai kontrak semula.
"Saya tidak mencampuri kesepakatan pemain dan manajemen, tetapi saya menghargai keputusan anak-anak, karena kami juga mengalami persoalan yang sama," ujar RD.
Dihentikannya Liga Super Indonesia 2015 menyulitkan para pelakunya untuk mendapatkan pemasukan. Sejumlah sponsor yang sempat terlibat di kompetisi itu menarik diri dan tidak mengguyurkan dana sesuai dengan kontrak.
Persija juga ditinggalkan empat pemain asingnya pada musim ini. Bahkan, dua pemain asal Eropa Timur, yaitu Yevgeni Kabayev dan Martin Vunk, melaporkan kasus ditunggaknya gaji mereka oleh Persija ke FIFA.
"Situasi (konflik PSSI dan Kemenpora) dampaknya sangat luas. Pemain dan pelatih menjadi korban, tetapi di balik kondisi ini saya harap ada titik cerah untuk sepak bola Indonesia," ujar Rahmad.