Direktur Eksekutif Pusaka Trisakti: SBY Tidak Usah Pulang ke Indonesia
SBY punya waktu untuk berpikir jernih apa yang sebaiknya dilakukan untuk bangsa ini ke depan
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA -Pasca walkout- nya Partai Demokrat saat pengambilan suara di rapat paripurna yang lalu, meninggalkan kesan dan jejak hitam bagi rakyat Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti Fahmi Habsyi
Menurutnya, sikap plin-plan yang ditampilkan (Partai Demokrat) setelah beberapa hari sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dukungannya pada pilkada langsung dan memerintahkan fraksi partai demokrat untuk mendukung penolakan pilkada melalui DPRD.
Kekecewaan tersebut beredar didunia maya hingga hastag #ShameOnYouSBY menembus trending topic dunia teratas di Twitter disaat SBY sedang melakukan lawatan ke Amerika Serikat.
"Jika sudah begini massivnya kekesalan publik, SBY disarankan untuk tidak usah kembali dulu ke Indonesia hingga memiliki waktu untuk merenung dan berpikir lebih jernih di luar negeri. Apa yang harus dilakukan untuk bangsa dan kehormatannya sendiri," ujarnya, Sabtu )(27/9/2014).
"Saat seluruh rakyat menanti pertaruhan masa depan hak politik dan demokrasinya malah jalan-jalan. SBY saya sarankan tidak usah kembali ke Indonesia, hingga pelantikan presiden. SBY punya waktu untuk berpikir jernih apa yang sebaiknya dilakukan untuk bangsa ini ke depan," saran Fahmi.
Dengan merenung lebih jernih, Presiden SBY, lanjutnya lagi diharapkan mendapat hidayah dan pencerahan dari Tuhan YME diantara dua opsi.
Opsi pertama, kembali Indonesia, bergabung bersama rakyat dan mengajak partai yang dipimpinnya memperkuat koalisi pemerintahan Jokowi-JK. Opsi kedua, lanjutnya, SBY tetap mempertahankan dukungannya pada Koalisi Merah Putih.
"Jika SBY masih ragu atas dua opsi, ada opsi ketiga. Tidak usah kembali ke Indonesia, tetap di luar negeri dalam lawatannya, menikmati masa pensiun, menulis buku. Atau, menciptakan lagu dibanding jadi cibiran publik nasional dan dunia internasional tanpa legacy yang diwariskan," papar Fahmi.