Lava Slamet Lebih Encer dari Merapi

Sehingga tidak menimbulkan terjadinya awan panas atau wedus gembel.

Editor: Weni Wahyuny
net
Aktivitas vulkanik Gunung kedua tertinggi di Pulau Jawa itu terekam jelas ketika dua petugas dari Pos Pengamatan Gunung Slamet di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah, Minggu (10/8) dini hari. 

TRIBUNSUMSEL.COM, YOGYAKARTA - Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono menyatakan, Gunung Slamet termasuk dalam tipe letusan Strombolian dan magmanya lebih encer dibandingkan Gunung Merapi dan Kelud. Sehingga tidak menimbulkan terjadinya awan panas atau wedus gembel.

"Ketika saya ditanya adakah tanda-tanda VEI-nya lebih dari II ? Sampai sekarang belum ada tanda-tandanya," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono usai memberikan kuliah umum di Ruang Seminar Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri/PKKH UGM, Sabtu (13/9/2014).

Dari catatan, sejak 1772 Erupsi Gunung Slamet tidak pernah melebihi Volcanic Eruption Index II. Total dalam satu periode letusan Gunung Slamet maksimum hanya sekitar 2 juta meter kubik.

Menurut pria yang akrab disapa Mbah Rono itu, magma Gunung Slamet yang encer tidak memerlukan daya tekan gas yang besar untuk mendorongnya keluar.

"Karena encer kalau keluar se-ampas-ampase. Magma itu yang didalam, yang muncrat itu lava pijar. Jadi keluar se lava-lavanya," ucapnya.

Sementara Gunung Merapi dan Gunung Kelud yang magmanya kental, agar magma bergerak ke dekat permukaan, membutuhkan tenaga gas yang besar. Karena sulit bergerak ke permukaan, maka magma akan perlahan-lahan naik dan mengalami pendinginan sehingga ketika meletus, misalnya temperatur awal 1.300, bisa berubah menjadi 800-an. Itulah yang menjadi awan panas.

"Kalau Slamet tidak ada awan panas. Lah kan magmanya encer, didorong dikit langsung keluar seampas-ampasnya," ujarnya.

Surono menegaskan, masyarakat tidak perlu heboh dan panik dengan aktivitas Gunung Slamet saat ini. Sebab, radius berbahaya tidak lebih atau kurang 4 km dari puncak Gunung.

"Wis to, Slamet gunungnya, selamat orang-orangnya. Dah gitu aja, enggak usah ramai," ujarnya.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved