Berita Gubernur Sumsel
Dongkrak Harga Karet, Presiden Jokowi Restui Pabrik Ban Berdiri di Sumsel
Kebijakan Gubernur Sumsel mendirikan pabrik ban di Sumsel untuk menyerap karet hasil produksi petani hampir dipastikan berjalan mulus
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Kebijakan Gubernur Sumsel mendirikan pabrik ban di Sumsel untuk menyerap karet hasil produksi petani hampir dipastikan berjalan mulus.
Pasalnya kebijakan tersebut sejalan dengan anjuran Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan kerja ke Sumsel, 8-9 Maret kemarin.
Presiden Jokowi melalui Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, menjelaskan bahwa pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai upaya mendongkrak harga karet.
Hal itu terungkap saat Jokowi menghadiri Acara Silaturahmi Petani Karet, di Balai Pusat Penelitian Karet Sembawa Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3/2019).
• Sumsel Miliki Kebun Karet Terluas di Indonesia dengan Luasan 1.3 Juta Hektar, Pidato HD Depan Jokowi
• Ini Empat Langkah Presiden Jokowi Kendalikan harga Karet
Dikatakannya rendahnya harga karet tersebut merupakan salah satu imbas dari kondisi ekonomi dunia yang juga turun.
Presiden menuturkan, meskipun menanggung beban tekanan ekonomi dunia yang tidak gampang, Indonesia masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
"Kalau ekonomi dunia turun, artinya permintaan juga turun. Atas apa? Ya untuk barang-barang. Misalnya kelapa sawit. Kalau permintaan sawit turun, harga otomatis juga ikut turun. Batu bara, permintaan turun, harga juga turun."
"Termasuk karet juga sama. Inilah problem besar kita karena ekonomi dunia belum normal," ujar Presiden.
Khusus untuk karet, Presiden menjelaskan bahwa pemerintah sudah melakukan upaya-upaya untuk mendongkrak harganya.
• Penggemar Berat, 2 Nenek Asal Lahat Berdiri di Depan Ikut Bernyanyi di Konser Jamrud di Tanjungenim
• Harga Mobil Honda Brio Semua Tipe Terbaru 2019 dan Harga Bekas Honda Brio 2013-2018
Pertama, pemerintah sudah berkomunikasi dengan negara-negara produsen karet lain di dunia seperti Malaysia dan Thailand.
"Karena produsen terbesar karet ada di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kita sudah berhubungan dengan menteri-menteri mereka. Untuk mengendalikan agar suplai ke pasar bisa diturunkan."
"Barangnya kurang berarti harga bisa kedongkrak naik. Tapi yang namanya negosiasi dengan negara lain tidak mudah," jelasnya.
Meski tidak mudah, Presiden menuturkan bahwa tiga minggu lalu komunikasi sudah dilakukan dengan Malaysia dan Thailand.
Hasilnya sudah mulai terasa, yakni harga karet mulai merangkak naik dua pekan terakhir ini.
"Dulu Rp5.000-Rp6.000, sekarang Rp8.300 sampai Rp9.000. Ini harus disyukuri karena ekonomi dunia masih pada posisi yang belum baik. Tetapi akan menuju normal kembali," lanjutnya.
• 62 Orang di Palembang Korban Penipuan Arisan Online Kerugian Rp 1 Miliar, Bandar Pamer Foto Emas
• Ditantang di Acara Sule, Anang Hermansyah Langsung Ciptakan Lagu Romantis Ini untuk Ashanty
