Dua Orang Ini Ternyata Pentolan PKI, Bahkan Pernah Bertemu Stalin di Uni Soviet
Dua Orang Ini Ternyata Pentolan PKI, Bahkan Pernah Bertemu Stalin di Uni Soviet
TRIBUNSUMSEL.COM - Dua Orang Ini Ternyata Pentolan PKI, Bahkan Pernah Bertemu Stalin di Uni Soviet
Semenjak tanggal 30 bulan September tahun 1965, republik ini selalu mengenang peristiwa berdarah pemberontakan Partai KomunisIndonesia (PKI).
PKI sendiri didirikan Mei 1914, oleh orang bukan asli Pribumi, melainkan oleh sosialis kompeni Belanda bernama Henk Sneevliet.
Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
Baca: Live Streaming TV One - Film G 30 S, Minggu 30 September 2018 Pukul 21.00 WIB
Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China tentunya.
Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia (saat itu) menilai ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.
Menukil dari Kompas.com, Intisari dan Tribunnews, tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.
Memang sih, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI dan tabu jika ia mengaku tak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.
Namun siapa sangka jika Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.
Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.
25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.
Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.
PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.