Piala Dunia 2018

Ini Identitas Orang Berkemeja Putih yang Terobos Lapangan Saat Final Piala Dunia Perancis vs Kroasia

Usai kejadian tersebut. Band rock Pussy Riot melalui akun Facebook resmi miliknya, mengaku bertanggungjawab atas aksi tersebut

Tribunnews

TRIBUNSUMSEL.COM - Ajang piala dunia 2018 di Rusia akhirnya selesai. Perancis berhasil menjadi juara dunia usai mengalahkan Kroasia dipartai puncak dengan skor 4-2.

Ini merupakan gelar kedua bagi Perancis setelah pada tahun 1998 yang lalu, Perancis berhasil mengangkat tropi.

Sementara bagi Kroasia, meski kalah dipartai puncak, ini merupakan pencapaian terbaik tim negara pecahan Yugoslavia.Sebelumnya, pencapaian terbaik Kroasia ialah saat tampil sebagai juara ketiga diajang piala dunia tahun 1998 yang lalu.

Meski secara keseluruhan perhelatan piala dunia di Rusia ini berjalan lancar. Namun, dipartai puncak ada kejadian menarik yang tampaknya akan dikenang diajang piala dunia ini.

Pasalnya, saat pertandingan tersebut memasuki menit ke 52, ada beberapa orang, pria dan wanita yang menggunakan pakaian kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam dengan mengenakan sepatu pantopel masuk kedalam lapangan.

Tanpa ada yang menduga, mereka berlarian masuk dan mengejar para pemain dilapangan.

Tak ada tindakan kasar yang mereka lakukan. Mereka hanya berusaha menghampiri dan menyapa para pemain dilapangan baik para pemain Kroasia maupun pemain Perancis.

Ada pemain yang bersikap santai dengan pemain in, seperti Kylian Mbappe yang sempat 'tos' dengan penyusup yang masuk.

Seorang penyusup saat pertandingan final piala dunia di Rusia diamankan petugas
Seorang penyusup saat pertandingan final piala dunia di Rusia diamankan petugas (bolasport)

Petugas keamanan sempat membutuhkan waktu untuk mengamankan para penyusup ini.

Penyusup dipartai final piala dunia diamankanoleh petugas
Penyusup dipartai final piala dunia diamankanoleh petugas (bolasport)

Usai kejadian tersebut. Band rock Pussy Riot melalui akun Facebook resmi miliknya, mengaku bertanggungjawab atas aksi tersebut. Menurut mereka, aksi itu merupakan bentuk protes dari kondisi politik di Rusia.

"Hari ini adalah 11 tahun sejak kematian penyair besar Rusia, Dmitriy Prigov. Prigov menciptakan citra seorang polisi, pembawa kebangsaan surgawi, dalam budaya Rusia," tulis Pussy Riot dalam pernyataan berbahasa Inggris.

Dmitry Aleksandrovich Prigov adalah penyair dan seniman Rusia. Ia lahir 5 November 1940, Moskow, Uni Soviet dan meninggal 16 Juli 2007. Ia adalah anggota seniman avant-garde Rusia dan gerakan konseptualisme Moskow di era 1970 dan 1980an. Teks-teksnya menumbangkan Realisme Sosialis, dan diterbitkan di bawah tanah di era Uni Soviet. Selain menulis lebih dari 30.000 puisi, ia menulis drama dan esai. Ia dikenal sebagai seniman yang menggabungkan kata dan rupa dalam seni instalasi dan video. Prigov memenangkan banyak penghargaan, salah satunya Pushkin Prize pada 1993.

Selain itu, mereka juga merujuk kasus Oleg Sentsov, seniman yang menentang Rusia Crimea dari Ukraina pada tahun 2014, Setsov dijatuhi hukuman 20 tahun penjara sejak 2015 lalu dengan tuduhan melakukan aksi teror.

Pussy Riot, grup punk rock Rusia, mencuat secara global karena sikap mereka yang terang-terangan menentang Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2012. Akibatnya dua personel band ini dipenjara selama hampir dua tahun.

Kali ini mereka mengulangi aksinya di lapangan sepakbola saat Putin sedang menonton pertandingan bersama rekannya asal Prancis Emmanuel Macron dan Presiden FIFA Gianni Infantino.

Aksi Pussy Riot dalam beberapa menit ini "menampar muka" Putin di hadapan jutaan pasang mata di dunia sebelum Perancis memastikan gelar juara Piala Dunia keduanya usai menundukkan Kroasia dengan skor akhir 4-2.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved