Anak Susah Makan? Ini Tips Mudah Mengatasinya
Masalah gizi buruk pada anak menjadi salah satu pekerjaan rumah yang terjadi di Indonesia.
TRIBUNSUMSEL.COM - Masalah gizi buruk pada anak menjadi salah satu pekerjaan rumah yang terjadi di Indonesia. Bagaimana tidak, stunting atau masalah gizi di Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia.
Kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua, juga mengkhawatirkan. Tercatat sejak bulan September 2017, Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat gizi buruk dan campak mengakibatkan 69 anak meninggal dunia.
Dokter spesialis anak Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) menjelaskan stunting bisa dimulai sejak masa kandungan dengan asupan gizi yang tak memadai. Meski begitu, kebanyakan masalah gizi buruk terjadi akibat makanan pendamping ASI (MPASI) yang salah.
Hingga kini banyak anak enggan makan MPASI yang berakibat asupan gizi berkurang dan berujung pada penurunan berat badan.
Damayanti berkata, masalah ini sebetulnya dapat diatasi dengan cara sederhana.
"Kalau anak tidak mau makan pasti ada sebabnya. Sekarang kalau Anda pergi ke dokter sering kali dikasih vitamin. Padahal masalahnya bukan itu,” kata Damayanti dalam diskusi peringatan Hari Gizi Nasional 2018 di kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Dalam kesempatan itu, Damayanti bercerita pengalaman menangani salah satu pasiennya. Kedua orang tua datang kepadanya dengan keluhan menghadapi anak yang menolak MPASI.
Salah satu MPASI yang diberikan adalah daging. Daging tersebut diolah tanpa menggunakan garam, gula, maupun bumbu. Ibu tersebut mengaku mengikuti “aturan” untuk tak membubuhkan gula, garam, dan bumbu pada MPASI.
"Rasanya seperti apa? Ya anaknya tidak mau makan,” ujar Damayanti.
Pakar penyakit nutrisi dan metabolik anak itu menjelaskan bahwa sebenarnya anak sudah mengenal rasa sejak di dalam kandungan. Sebab, air ketuban memiliki rasa yang sama seperti apa yang ibu makan.
Saat ibu sedang makan rendang, sebetulnya anak juga dapat merasakan hal yang sama. Meski dia masih berupa janin di dalam kandungan.
Tak hanya itu, pengalaman mengenal rasa terjadi melalui ASI. Seperti halnya saat di kandungan, anak juga mengenal berbagai macam rasa yang dikonsumsi ibunya melalui ASI.
"Cuma sederhana saya bilang, itu makanan yang dikasih enak apa tidak? Coba aja kamu rasain. Si anak 1-2 kali mau, setelah itu dia pikir mending menyusui aja rasanya lebih enak. Padahal setelah (bayi) 6 bulan ASI ibu sudah tidak cukup lagi (memberikan asupan gizi) sendirian, yang terjadi adalah berat badan anak turun," jelas Damayanti.
Kepada Damayanti, ibu anak tadi mengaku menyukai masakan padang. Tak menunggu lama, Damayanti pun memberikan saran agar kedua orang tua itu membawa anaknya makan di rumah makan padang.
"Tidak masalah, kan makanannya bisa dilumat. Gulai otak kan lembek, saya bilang gitu,” kata Damayanti.